Menyusuri Sejarah Masjid Al Jum'ah, Tempat Nabi Muhammad SAW Shalat Jumat Pertama Kali
- Media Center Haji 2024
VIVA Travel – Mengunjungi masjid Al Jumah dapat menjadi salah satu destinasi pilihan saat berada di kota Madinah, Arab Saudi. Akan ada sebuah pengalaman yang terkesan dalam menyusuri jejak perjalanan menapaki lokasi bernilai historis religi tersebut,
Sejarah penting dari keberadaan masjid ini adalah tempat Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya melaksanakan Shalat Jumu'ah untuk pertama kalinya, 4 hari setelah berada di Madinah saat hijrah dari Mekah ke Madinah.
Terletak dekat Wadi Ranuna', 900 meter di utara Masjid Quba, dan 6 kilometer di selatan Al-Masjid an-Nabawi, situs bersejarah tersebut memiliki kubah berdiameter sekitar 14 meter yang tegar bertengger di langit-langit masjid ini.
Di sepanjang kelilingnya yang 44 meter tertulis ornamen kaligrafi berupa kalimat basmalah diikuti surat Jumuah secara utuh 11 ayat. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Masjid Al Jum’ah tersebut diketahui sebagai tempat Nabi Muhammad SAW melaksanakan shalat Jumat untuk pertama kalinya, 4 hari setelah di Madinah.
Saat hijrah dari Mekah ke Madinah, pada Senin 12 Rabi' al-Awwal Tahun 1 Hijriah, Muhammad dan kaum Muhajirin singgah di Quba selama empat hari.
Pada pagi hari Jumat, mereka melanjutkan perjalanan menuju Madinah, singgah di kawasan Wadi Ranuna'. Di tempat tersebut pada Jumat tibalah waktu shalat Dzuhur.
Rasulullah SAW kemudian shalat dua rakaat didahului dua khutbah. Inilah shalat berjamaah Jumat pertama yang dilaksanakan Rasulullah SAW. Wilayah ini sekarang disebut Jumuʿah.
Awalnya, masjid ini dibangun dengan batu, kemudian dibongkar dan direnovasi beberapa kali.
Sebelum direnovasi, masjid ini memiliki kubah dari bata merah, panjang 8 meter (26 kaki), lebar 4,5 meter (15 kaki), dan tinggi 5,5 meter (18 kaki). Di bagian timur terdapat pelataran berukuran panjang 8 meter (26 kaki) dan lebar 6 meter (20 kaki).
Renovasi pada 1988, Kementerian Wakaf pemerintah Saudi yang dipimpin Raja Fahd bin Abdul Aziz membongkar bagian lama dan pembangunan bagian baru yang meliputi tempat tinggal imam dan muazin. perpustakaan, Madrasah Tahfiz Alquran, musala wanita, dan kamar mandi.
Pada 1991, masjid ini dibuka kembali untuk umum dengan kapasitas 650 jamaah, satu kubah utama yang jauh lebih lebih besar, dan empat kubah kecil. Sebelum direnovasi masjid ini hanya menampung 70 jemaah.
Mengalami beberapa renovasi sebelum sampai pada bentuknya sekarang. Renovasi kedua dilakukan Khalifah Bani Umayyah Umar II (Umar bin Abdul Azis).
Renovasi ketiga dilakukan pada masa Kekhalifahan Abbasiyah antara tahun 734 hingga 748. Renovasi keempat dilakukan Syamsuddin Qawan pada abad ke-14.
Renovasi pada masa pemerintahan Ottoman dipimpin Sultan Bayazid. Renovasi pada pertengahan abad ke-19 dipimpin Sayyid Hasan Ash-Sharbatli.
Laporan Tim Media Center Haji 2024