Dulu Dihindari, Kini Selandia Baru Banyak Diminati Wisatawan
- Pixabay
VIVA – Selandia Baru benar-benar terisolasi, berada di luar negeri dan tidak ada tetangga di sekitarnya. Dikelilingi oleh lautan luas, membuat lokasinya sangat terpencil, dikutip dari Vocal Media.
Melihat peta, Selandia Baru bisa dianggap sebagai negara paling kesepian dan terisolasi di dunia. Negara terdekat dengan Selandia Baru adalah Australia, namun tetangga terdekatnya pun berjarak hampir 1800 kilometer.
Tentu saja, jarak sejauh 1.800 kilometer dianggap dekat, terutama mengingat sisi timur Selandia Baru yang terisolasi lebih jauh lagi. Dengan luas lautan puluhan ribu kilometer persegi, sangat jarang ditemukan pulau yang lebih besar, apalagi negara sepenuhnya.
Saat melihat sekeliling, yang tampak hanyalah lautan yang tak berujung. Di sebelah selatan, Antartika juga terletak sangat jauh, dengan jarak sekitar 10.700 kilometer dari Beijing, China.
Tanpa kemajuan teknologi dan infrastruktur transportasi saat ini, Selandia Baru mungkin akan menjadi pulau terlantar yang dihuni oleh sapi dan domba saja, tanpa banyak orang yang mau bermigrasi ke sana.
Namun, setelah lebih dari seratus tahun pembangunan, Selandia Baru telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Meskipun awalnya Selandia Baru tidak memiliki populasi penduduk asli yang signifikan, namun dengan masuknya imigran dari berbagai negara dalam jumlah besar, populasi negara ini kini mencapai sekitar 5,2 juta orang. Negara ini telah berubah dari negara tandus menjadi surga yang didambakan.
Meskipun populasi Selandia Baru melebihi 5 juta jiwa, kepadatan penduduknya masih tergolong rendah mengingat luas daratannya yang mencapai hampir 270.000 kilometer persegi, lebih besar dari Inggris. Namun demikian, jumlah penduduknya kurang dari sepersepuluh penduduk Inggris.
Sebagai perbandingan, kota terbesar di Tiongkok memiliki luas total 6.300 kilometer persegi dan dihuni oleh sekitar 25 juta orang, hampir lima kali lipat dari populasi Selandia Baru. Perbandingan ini menyoroti jarangnya populasi di Selandia Baru.
Untungnya, meskipun jumlah penduduknya sedikit, Selandia Baru memiliki banyak ternak. Pada puncaknya, negara ini memiliki lebih dari 100 juta domba, 22,5 kali lipat lebih banyak daripada jumlah manusianya.
Jumlah ini belum termasuk jumlah sapi, sehingga rasio populasi ternak semakin mencengangkan. Jika kita mempertimbangkan unggas dan hewan ternak lainnya, jumlah hewan peliharaan di Selandia Baru setidaknya 50 kali lipat dari populasi manusianya.
Meskipun terdapat kesenjangan besar antara populasi manusia dan ternak, Selandia Baru telah berhasil menghindari degradasi lingkungan dan konflik antara manusia dan hewan. Ini menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan hidup di Selandia Baru patut diapresiasi.
Perlu dicatat bahwa Australia, tetangga Selandia Baru, mengalami situasi yang serupa 50 tahun lalu, ketika kelinci menjadi wabah dan jumlahnya jauh lebih banyak daripada manusia. Warga Australia harus mengambil langkah-langkah tegas untuk memusnahkan kelinci demi mencegah bencana.
Meskipun Selandia Baru memiliki lebih dari 100 juta domba, negara ini tidak mengalami degradasi lingkungan akibat peternakan tersebut. Di pedesaan Selandia Baru, sering kali kita dapat melihat kawanan domba dan sapi merumput, sementara padang rumput masih tetap subur dan pemandangan alam yang memukau tersebar di seluruh negeri. Belum ada bukti bahwa padang rumput tersebut dipasturkan secara berlebihan oleh ternak.
Sebagai pulau yang terisolasi, Selandia Baru pada dasarnya terputus dari dunia luar pada masa awalnya. Keanekaragaman spesies hewan di Selandia Baru sangat terbatas, bahkan hingga saat ini banyak spesies hewan yang umum di tempat lain tidak dapat ditemukan di sana.
Hal ini termasuk ular, yang tidak ditemukan di wilayah pedesaan dan perkotaan di Selandia Baru. Selain itu, undang-undang Selandia Baru melarang penduduknya untuk memelihara ular dan membawanya masuk ke negara tersebut dari luar.
Selandia Baru kini menjadi tujuan imigrasi yang diminati oleh banyak orang dari berbagai negara. Banyak yang memilih berimigrasi ke Selandia Baru karena populasi hewan yang melimpah dan tidak adanya ular.
Tentu saja, jumlah ternak sapi dan domba hanyalah salah satu dari banyak alasan mengapa Selandia Baru menarik para imigran. Alasan utamanya adalah kemajuan ekonomi dan keindahan alamnya yang menakjubkan.
Negara kepulauan terpencil yang dulu dianggap tidak cocok untuk dihuni, kini menjadi negara maju berkat pertanian yang maju. Pada tahun 2021, PDB per kapita Selandia Baru mencapai 320.000 RMB, dan negara ini masuk dalam sepuluh besar negara paling bahagia di dunia, sebuah pencapaian luar biasa bagi Selandia Baru.