Wujudkan Desa Wisata Berkelas Dunia, Implementasi CHSE Diperkuat

Menparekraf, Sandiaga Uno.
Sumber :
  • Ist.

VIVA Travel – Pariwisata menjadi salah satu sektor yang dituntut untuk menerapkan program Cleanliness, Health, Safety & Environment (CHSE) serta penerapan protokol kesehatan, terutama sejak pandemi COVID-19. 

Berdasarkan Data jaringan desa wisata (Jadesta) 2021, diketahui bahwa implementasi CHSE dan mitigasi bencana masih rendah dengan kurangnya pemahaman risiko CHSE dan bencana, serta minimnya kompetensi dan kapasitas sumber daya manusia di Desa Wisata. Yuk, scroll

Dengan jumlah desa wisata di Indonesia yang mencapai lebih dari 7000 desa, maka edukasi CHSE dan mitigasi bencana secara masif yang dibutuhkan perlu didukung dengan ketersediaan pemetaan risiko desa wisata di lokasi rawan bencana. 

Kepala Disaster Risk Reduction Center Universitas Indonesia (DRRC UI), Prof. Fatma Lestari, mengatakan, pemetaan risiko desa wisata di lokasi rawan bencana menjadi sangat penting guna peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan perlindungan wisatawan.

"Program ini menjadi salah satu solusi yang ditujukan untuk melakukan identifikasi risiko CHSE dan bencana, serta meningkatkan kualitas SDM di Desa Wisata melalui penerapan karya rekacipta Dosen, Mahasiswa, Alumni FKM UI, Departemen K3 FKM UI, dan Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) Universitas Indonesia dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," ujarnya saat Donasi Peralatan K3 dan Kebencanaan yang digelar Hibah Matching Fund Kedaireka Universitas Indonesia dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, di Desa Wisata Hanjeli, Sukabumi. 

Salah satu kegiatannya diawali dengan pemberian donasi peralatan K3 dan kebencanaan yang ditujukan untuk meningkatkan Implementasi Manajemen Risiko HSE & Bencana untuk Desa Wisata, serta sebagai pendukung dalam peningkatan kompetensi sumber daya manusia di Desa Wisata.

"Aspek K3 juga menjadi persyaratan dalam kategori Anugerah Desa Wisata Indonesia serta persyaratan di dalam penghargaan internasional untuk Tourism Village" ungkap Prof. Fatma Lestari. 

Program ini akan dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain Identifikasi risiko HSE dan kebencanaan, Pelatihan daring HSE dan mitigasi kebencanaan, Verifikasi lapangan pelatihan HSE & kebencanaan, Sistem Informasi Desa Wisata (SIDEWITA) HSE & kebencanaan, Analisis Dampak bencana, Manajemen Krisis Tata Kelola Destinasi, serta Pengelolaan Program. 

Pengembangan materi edukasi daring CHSE dan mitigasi bencana yang akan digunakan berupa modul dan video yang dapat diakses melalui platform EDURISK yang telah dikembangkan oleh DRRC UI, sebagai solusi meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di desa wisata secara masif.

Prof. Fatma berharap, dengan dihadirkannya program kerjasama antara Universitas Indonesia melalui Unit Kerja Khusus Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat Disaster Risk Reduction Center (DRRC), dengan Kemenparekraf dapat membangkitkan sektor pariwisata melalui perwujudan desa wisata berkelas dunia (World class DeWi), meningkatkan kunjungan wisatawan nasional dan internasional ke desa wisata, serta pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.