Candi Ijo, Tempat Wisata Eksotis yang Ada di Yogyakarta
- Twitter @JogjaUpdate
VIVA – Candi Ijo merupakan salah satu tempat wisata bersejarah yang berada di Yogyakarta. Candi Ijo juga menjadi salah satu spot foto terbaik berburu sunset. Kamu bisa hunting foto berlatar candi dan juga sunset yang ciamik. Candi Ijo disebut jadi candi tertinggi karena memang lokasinya di atas bukit yang tingginya mencapai 357,402 mdpl-395,481 mdpl.
Bangunan Candi Ijo
Melansir dari Bali Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, secara administratif Candi Ijo terletak di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Ijo berada pada koordinat 07º 47’ 01,9” LS, 110º 30’ 43,1” BT dan berkedudukan 395,481 meter di atas permukaan air laut.
Kompleks Candi Ijo ini merupakan percandian yang berada di atas perbukitan. Situs Candi Ijo berupa lahan berteras-teras yang dikelilingi oleh tebing. Kompleks Candi Ijo terdiri atas 17 struktur bangunan yang tersebar pada 11 teras. Teras paling atas merupakan teras yang paling suci. Pada teras ini terdapat Candi Induk yang berukuran 18,43 x 18,45 meter, dan tinggi 16 meter. Di dalam biliknya terdapat lingga-yoni, melambangkan Dewa Siwa menyatu dengan Dewi Parwati. Pada dinding luarnya candi induk ada relung-relung berisi arca Agastya, arca Ganesa, dan arca Durga.
Di depan candi induk ada tiga buah candi perwara. Ketiga candi perwara ini menghadap ke arah timur. Candi perwara selatan memiliki ukuran 5,19 x 5,17 meter, dengan tinggi 6,62 meter. Di dalam bilik candi perwara selatan terdapat yoni dan patmasana (meja batu). Candi perwara tengah berukuran 6,3 x 5,15 meter, dengan tinggi 6,5 meter. Di dalam biliknya terdapat arca Nandi dan padmasana. Candi perwara utara berdimensi 5,11 x 5, 11 meter, dengan tinggi 6,3 meter. Di dalamnya biliknya terdapat sumuran.
Di samping candi induk dan tiga buah candi perwara, di teras paling atas juga terdapat delapan buah lingga patok yang berada pada masing-masing arah mata angin. Struktur bangunan lain yang berada di kompleks percandian Ijo antara lain berada di teras kesembilan, berupa sisa-sisa batu bangunan yang menghadap ke timur. Di teras kedelapan ada tiga buah candi dan empat buah batur bangunan serta ditemukan dua buah prasasti batu.
Pada teras kelima terdapat satu buah candi dan dua buah batur, sementara pada teras keempat dan teras pertama, masing-masing terdapat satu buah candi. Pada teras kedua, ketiga, keenam, ketujuh, dan kesepuluh tidak ditemukan adanya bangunan.
Berdasarkan temuan arca-arca di Candi Ijo, dapat disimpulkan bahwa candi ini berlatar belakang agama Hindu. Berdasarkan data epigrafi, Candi Ijo diperkirakan dibangun sekitar 850 - 900 Masehi.
Jika tahun pendirian Candi Ijo dihubungkan dengan masa pemerintahan raja yang berkuasa pada saat itu, maka diperkirakan candi Ijo dibangun pada masa raja yang berkuasa antara tahun 850-900 Masehi yakni Rakai Pikatan dan Rakai Kayuwangi (prasasti dari Raja Balitung) dari kerajaan Mataram Kuno.
Candi Ijo merupakan bangunan pemujaan peninggalan dari masa klasik Jawa Tengah atau zaman Hindu-Buddha. Candi Ijo pertama kali ditemukan oleh H.E. Dorrepaal pada 1886. Setelah H.E. Dorrepaal, orang asing berikutnya yang meneliti Candi Ijo yakni C.A. Rosemeir.
Ia menemukan tiga buah arca batu serta lingga-yoni di bilik candi induk. Ketiga arca batu tersebut yakni arca Ganesa, arca Siwa, dan sebuah arca tanpa kepala bertangan empat yang satu di antaranya membawa cakra. Tokoh lainnya yaitu H.L. Heidjie Melville yang telah berhasil membuat gambar tata letak bangunan Candi Ijo.
Pada penggalian yang dilakukan di sumuran candi induk, ditemukan berupa lembaran emas bertulis, cincin emas, batu merjan, dan sejenis biji-bijian. Lembaran emas bertulis tersebut berhasil dibaca oleh Y.G. de Casparis berbunyi “Pandu Rangga Bhasmaja”.
Pada salah satu prasasti yang ditemukan di atas dinding pintu masuk candi (candi F) terdapat tulisan Guywan, oleh Soekarto dibaca Bhuyutan yang berarti pertapaan. Prasasti batu yang lain berisi 16 buah kalimat yang berupa mantra kutukan yang diulang-ulang berbunyi Om sarwwawinasa, sarwwawinasa. Prasasti-prasasti tersebut tidak berangka tahun, tetapi ditinjau dari ilmu paleografis, diperkirakan berasal dari abad 8 - 9 Masehi.
Penelitian terhadap Candi Ijo dilakukan oleh bangsa Indonesia melalui Dinas Purbakala mulai tahun 1958. Pemugarannya dimulai dengan sasaran candi induk yang selesai pada 1997, dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada 1998 penelitian difokuskan pada tiga buah candi perwara. Pemugarannya berlangsung tahun 2000 hingga 2003.
Upaya dalam pelestarian Candi Ijo terus berlanjut dengan memugar pagar teras XI pada 2005 hingga 2009. Kemudian pemugaran Candi K dan Batur L tahun 2011, pemugaran Candi F tahun 2015, pemugaran talud teras XI tahun 2012, 2013, 2016, dan 2019, dan pemugaran pagar teras VIII pada 2017. Pemugaran beberapa struktur di kompleks Candi Ijo terus berlanjut hingga sekarang mengingat masih banyaknya temuan struktur yang masih dalam kondisi runtuh.
Tiket, lokasi, dan jam operasional
Harga tiket masuk ke Candi Ijo terbilang sangat terjangkau. Harganya berkisar Rp5.000 per orang untuk wisatawan lokal, sementara wisatawan asing yaitu dua kali lipat dari harga wisatawan lokal, yakni Rp10.000.
Jam operasional Candi Ijo yaitu mulai buka jam 06.00-17.30 WIB. Lokasi Candi Ijo sangat cocok untuk menikmati sore dan berburu sunset. Dijamin sunset-nya cantik dan bagus dijadikan latar belakang foto. Fasilitas yang tersedia di sana di antaranya, pos penjagaan, mushola, pos satpam, toilet, dan juga warung makan.
Sebagai informasi tambahan, tempat wisata Candi Ijo dijadikan tempat pelantikan yang dilaksanakan oleh KSR PMI Unit III UPN Veteran Yogyakarta setiap bulan Februai. Organisasi ini bergerak di bidang sosial kemanusiaan dan acara pelantikan ini telah diselenggarakan selama 30 tahun.
Demikian informasi tentang Candi Ijo. Salah satu tempat wisata di Yogyakarta yang memiliki sejarah dan pesona menakjubkan. Candi Ijo sangat cocok buat kalian pemburu sunset. Dijamin sangat puas jika kamu berkunjung ke Candi Ijo.