Masjid Agung Kauman, Tertua di Semarang Arsiteknya Orang Belanda

Masjid Agung Kauman.
Sumber :
  • Teguh Joko Sutrisno

VIVA – Masjid Agung Kauman adalah masjid tertua di Kota Semarang. Dalam sejarahnya masjid ini berkait erat dengan berdirinya kota Semarang. Seperti halnya pada masjid-masjid kuno di pulau Jawa, Masjid Kauman Semarang berada di pusat kota atau alun-alun dan berdekatan dengan pusat pemerintahan masa itu di Kanjengan.

Di seberangnya juga ada Pasar Johar. Seperti inilah ciri khas tata ruang jaman dulu yang dalam sejarahnya merupakan ide dari Sunan Kalijaga.

Masjid Agung Kauman.

Photo :
  • Teguh Joko Sutrisno

Menurut salah satu takmir Masjid Agung Kauman, H. Muhaimin, masjid yang berdiri ini dibangun pada abad ke 18 masehi. Hal itu bisa dilihat pada lempeng batu berpahat huruf Jawa yang tepasang di tembok bagian dalam gerbang masuk. Di situ tertulis angka 1170 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1749 masehi yang diyakini sebagai tahun dibangunnya masjid ini.

"Jadi kan sebelumnya pada jaman Sunan Pandanaran itu dibangun masjid di sekitar Bergota jaman itu. Pada perjalanannya kemudian dipindah ke Semarang bawah. Tapi waktu itu masjidnya kebakaran. Kemudian oleh bupati waktu itu dibuatlah masjid yang lebih besar yang berdiri hingga sekarang, ya Masjid Agung Kauman ini," jelasnya saat ditemui belum lama ini.

Suasana Salat Berjamaah di Masjid Agung Kauman Semarang

Photo :
  • Teguh Joko Sutrisno

Dari literatur yang ada, meski secara arsitektur Masjid Agung Kauman bergaya Jawa yang merujuk pada bentuk bangunan Masjid Demak, tapi arsiteknya adalah orang Belanda, yaitu  Ir. G. A. Gambier. Sedangkan pemrakarsanya adalah Asisten residen Semarang G.J. Blumme dan Bupati Semarang Tumenggung Raden Tjondrodipeoero.

"Bentuk bangunannya dipengaruhi masa perkembangan Islam Jawa waktu itu. Bisa dilihat dari atap masjid yang berbentuk tajuk tumpang atau tingkat tiga yang mirip dengan Masjid Agung Demak. Atap tingkat tiga punya filosofi Iman, Islam dan Ikhsan," ungkap Muhaimin.

Masjid Agung Kauman.

Photo :
  • Teguh Joko Sutrisno

Yang cukup mencolok dari bangunan ini adalah 36 soko atau pilar yang besar untuk menopang atap. Dindingnya berupa tembok yang dipadu dengan kusen dan pintu berbahan kayu jati yang tebal. Desain pintunya berbentuk rangkaian daun bergaya arsitektur Persia atau Arab. Di teras masjid terdapat dua bedug dan kentongan yang dibunyikan sebagai penanda masuknya waktu sholat wajib. Sebuah menara yang cukup tinggi dibuat untuk menempatkan pengeras suara.

Setiap hari Masjid Agung Kauman Semarang sangat ramai. Banyak pendatang dari luar daerah yang sengaja datang ke sini untuk mengikuti semaan Alqur'an. Juga ceramah agama yang disampaikan oleh para kyai sepuh yang menjadi panutan dalam menjalankan ibadah.

Laporan: Teguh Joko Sutrisno