Hobi Plesir, Kemampuan Bahasa Inggris Orang Indonesia Masih Rendah
- U-Report
VIVA – Meski ngaku milenial yang melek internet, namun ternyata kemampuan berbahasa Inggris orang Indonesia ada di bawah rata-rata kecakapan bahasa Inggris di negara-negara Asia lho.
Padahal data menunjukkan kalau angka plesiran masyarakat Indonesia ke luar negeri meningkat. Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi pernah memprediksi tren wisata ke luar negeri akan semakin naik hingga beberapa tahun mendatang.
Melonjaknya jumlah permintaan paspor dinilai berkaitan dengan alasan wisata turis Indonesia ke luar negeri. Diketahui selama periode 2017-2019 ada kurang lebih dari 10 juta orang yang plesiran ke luar negeri.
Sayangnya ya itu tadi, tidak dibarengi dengan kemampuan berbahasa Inggris. Dilansir data EF, Indonesia menduduki peringkat ke-51 dari 88 negara di dunia, dengan penurunan skor menjadi 51,58 dari 52,14 pada tahun lalu.
Skor ini menempatkan Indonesia pada posisi ke-13 dari 21 negara di Asia dan berada di bawah nilai rata-rata kecakapan Bahasa Inggris kawasan Asia (53,94). Bahkan kecakapan Indonesia ada di tingkat kecakapan menengah di bawah Vietnam (53,12).
Tak hanya itu, Indonesia juga masih berada di bawah peringkat negara ASEAN lainnya, seperti misalnya Singapura dengan (68,63) pada tingkat Kecakapan Sangat Tinggi, Filipina (61,84) dan Malaysia (58,32) di Tingkat Kecakapan Tinggi.
Padahal kemahiran Bahasa Inggris memiliki keterkaitan dengan daya saing ekonomi, perkembangan sosial dan inovasi. Lefrian Dinata selaku Marketing Communication World English Kampung Inggris Pare Kediri mengatakan bahwa kemampuan Bahasa Inggris akan berpengaruh pada banyak hal termasuk kualitas hidup seseorang.
"Negara yang tingkat kemahiran Bahasa Inggrisnya tinggi, cenderung punya pendapatan rata-rata lebih tinggi, kualitas hidupnya juga baik," ujarnya kepada VIVA beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut ia mengatakan kalau di beberapa negara Asia perkembangan Bahasa Inggrisnya baik akan menunjukkan pertumbuhan yang pesat pada perdagangan juga teknologi. Selain itu kemahiran berbahasa Inggris juga menunjukkan keterkaitan dengan penghasilan individu.
"Semakin tinggi tingkat kemampuan Bahasa Inggris suatu negara, maka semakin besar pula rata-rata pendapatan penduduk di negara tersebut."
Meski berkemampuan rendah, namun keinginan masyarakat untuk menguasai bahasa Inggris meningkat.
"Ada peningkatan jumlah peminat, terutama di tempat kami yang mendaftar hingga 3 kali lipat bahkan bukan di periode liburan. Padahal sebelumnya hanya 80-120 pendaftar menjadi 270-300 pendaftar setiap bulannya," ujarnya.
Ia optimis seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan bahasa Inggris, peminat dan jumlah pendaftar akan terus meningkat. Apalagi didukung dengan perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran dengan sistem yang bertema Fun & Kece.
"Tahun ini ada program Integrated Speaking yang menitikberatkan pengembangan speaking menggunakan grammar yang baik dan benar."
Pihaknya optimis menargetkan angka 700 pendaftar di periode liburan. "Jadi Belajar Speaking itu bukan hanya speaking saja tapi harus tahu grammarnya, pronunciation-nya, dan di tunjang dengan Vocabulary-nya. Karena itu peserta belajar wajib tinggal di camp English area," ujarnya.