Harga Tiket Pesawat Sudah Turun Tapi Dirasa Masih Mahal, Ini Sebabnya
- U-Report
VIVA – Usai heboh harga tiket pesawat naik, kemudian muncul kabar harga tiket pesawat diturunkan hingga 15 persen, tapi yang terjadi, masyarakat justru tak merasakan ada penurunan tersebut. Sebenarnya apa yang membuat masyarakat tetap merasakan mahalnya harga tiket pesawat.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengatakan mahalnya harga yang dirasakan masyarakat lantaran selama ini masyarakat tidak mengetahui bahwa maskapai menerapkan penurunan harga dari tarif batas atas yang sudah ditentukan.
"Orang jual tarif batas atas (TBA), tiba-tiba Rp2 juta dijual Rp1 juta, masyarakat enggak tahu TBA, yang mereka tahu ke Padang Rp1 juta (misalnya), dan diklaim itu harga tiket. Tiba-tiba semua terutama Lion dan Garuda set harga TBA, oleh masyarakat naiknya 100 persen. Jadi yang dirasakan beda oleh customer, tapi maskapai tidak merasa melanggar," ujarnya ditemui usai peluncuran #PesonaMudik2019 di Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat, Selasa 21 Mei 2019.
Menpar mengatakan menaikkan harga tiket pesawat adalah hal yang wajar, namun semua harus dibicarakan.
"Boleh saja, yang enggak boleh itu naik besar dan mendadak. Tapi debat panjang akhirnya diputuskan diskon 15 persen dari tarif batas atas, efektif masih kemahalan sekitar 70 persen kalau semua airlines menggunakan batas atas sebagai tarif, karena tarif baru 200 persen dari tarif lama," ujarnya.
Seperti diketahui aturan Tarif Batas Atas ini terutama pada kelas ekonomi diperbolehkan menjual 85 persen, sementara untuk full service carrier seperti Garuda boleh 100 persen, dan middle service carrier boleh 90 persen dari tarif batas atas.
Sementara yang terjadi saat ini digambarkan sebagai kenaikan 200 persen, karena maskapai menerapkan kenaikan dari tarif batas atas. Sehingga yang dirasakan masyarakat, meski harga tiket sudah diberikan diskon akan tetap terasa mahal.
"Sekarang sudah diturunkan 15 persen, apa yang bisa dilakukan paling cepat adalah LCC kita imbau untuk tidak memberlakukan tarif atas dia, jadi seperti dulu saja, kira-kira 50 persen dari tarif batas atas atau katakan 60 persen, masih bisa diterima masyarakat."
Diakui Menpar kenaikan harga tiket hingga ini cukup berpengaruh pada wisatawan Nusantara, penurunan rata-rata 30 persen menurutnya sudah sangat menghantam industri pariwisata.
"Kalau naik 30 persen, secara teori turun 30 persen revenue, kalau naik lebih dari 100 persen, itu bukan naik tapi ganti harga, enggak ada teorinya. Hancur itu industri, pasti menghantam ekosistem, kalau sudah begitu orang pasti minta diturunkan."
Sedangkan untuk wisatawan mancanegara, Menpar mengatakan kisaran angka penurunan sekitar 2 hingga 3 persen, di mana mereka ini biasanya merasakan jika memilih penerbangan multi destinasi.
"Contoh dari luar negeri ke Bali, waktu dari Bali misal ke Yogyakarta, dia mahal. Kalau dulu murah sekarang mahal, itu kira-kira jumlahnya 10 persen dari jumlah wisatawan mancanegara (dengan tujuan multi destinasi)."