Ratusan Warga Ikuti Labuhan di Gunung Merapi
- timesindonesia
Ratusan warga asal berbagai daerah memenuhi seputaran petilasan Hargo Dalem atau bekas kediaman almarhum Mbah Maridjan di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman sejak Sabtu hingga Minggu (6-7 April 2019).
Kedatangan mereka ingin mengikuti prosesi Hajad Dalem Labuhan di Gunung Merapi yang digelar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Acara tersebut merupakan tradisi budaya dalam rangka peringatan Jumenengan Dalem (kenaikan tahta) Sri Sultan Hamengku Bawono X yang digelar setiap tanggal 30 Rajab setiap tahun. Nah, khusus ditempat ini uba rampe labuhan di inapkan semalam.
Di tengah kondisi Gunung Merapi dalam status level II (waspada) ternyata tak mempengaruhi tekad warga untuk mengikuti labuhan yang dimulai Minggu pagi (7/4/2019) sekitar pukul 06.00 WIB.
Dengan semangat, warga berduyun-duyun berjalan kaki dari Petilasan Hargo Dalem atau Petilasan Mbah Maridjan, di Dusun Kinahrejo menuju lokasi labuhan di lereng Merapi bagian tengah atau dalam bahasa Jawa-nya disebut Kendit (Srimanganti) yang berkisar 2,5 kilo meter jaraknya dari puncak Gunung Merapi.
Para abdi dalem terlihat berurutan membawa ubo rampe labuhan atau barang yang akan dilabuh dalam kotak terbungkus kain merah dengan cara disonggo menggunakan tangan.
Jalannya rombongan tak lepas dari pantauan dan pengkondisian instansi terkait seperti komponen SAR termasuk Basarnas Yogyakakarta dan relawan lainnya. Mereka standy di pos- pos tertentu. Terpantau ada lima pos disediakan sebagai sarana pedukung, yakni Pos 1 (Pelataran Labuhan Bandengan), Pos 2 (Tanjakan Bawah Petit Opak), Pos 3 (Petit Opak), Pos 4 (Tikungan Atas Petit Opak) dan Pos 5 (Srimanganti).
Untuk mendaki lokasi labuhan Srimanganti dibutuhkan waktu sekitar satu jam. Di sini terdapat batu besar yang disebut Sela Dhampit atau Sela Penganten berada, inilah lokasi labuhan pasca Erupsi Merapi, Oktober 2010.
Dititik ini sudah banyak peserta labuhan yang menunggu, mereka sebelumnya telah berangkat lebih dulu.
Upacara Labuhan pun dimulai. Juru kunci membakar kemenyan, menabur bunga, membaca doa dilanjut pembukaan ubo rampe dan mempelihatkan kepada para peserta sebagai wujud melarung (melabuh).
Uba rampe labuhan di tempat ini kebanyakan berupa kain jarik. Namun, batik tersebut tidak diperebutkan. Antara lain, sinjang Limar, sinjang Cangkring, semekan Gadhung, semekan Gadhung Mlathi, dhestar Daramuluk, paningset Udaraga, kambil Wathangan, sela, ratus, lisah konyoh, yatra Tindhih, ses Wangen.
Kemudian, upacara labuhan diakhiri dengan menaburkan bunga di atas batu serta pembagian sedekah berupa kepalan nasi gurih beserta pelengkapnya kepada segenap peserta yang turut dalam upacara tersebut.
Selesai upacara, abdi dalem dan warga kembali turun ke tempat semula menandakan labuhan telah selesai.
Juru Kunci Gunung Merapi, Mas Kliwon Suraksohargo Asihono atau Mas Asih, mengungkapkan peserta labuhan di Gunung Merapi tahun ini mengalami peningkatan. Kondisi cuaca juga nampak terang.
"Antusiasme masyarakat dalam nyengkuyung (mendukung) labuhan Gunung Merapi kali ini luar biasa dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlahnya meningkat hingga dua kali lipat. Bahkan, ada peserta yang sudah memesan selametan jauh hari sebelumnya,” kata Asih. (*)