Mbak Tutut Hidupkan Desa Wisata Warisan Pak Harto

Mbak Tutut saat berbincang dengan warga di desa wisata Samiran
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA – Putri Presiden Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut mengunjungi Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Kamis, 28 Februari 2019. Bersama sejumlah kerabat keluarga Cendana, ia kembali menghidupkan desa wisata di lereng Gunung Merapi tersebut.

Sudah sejak lama, desa Samiran akrab dengan keluarga Presiden ke-2 RI itu. Di desa dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu, Pak Harto melalui Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) telah banyak berperan di sejumlah aspek sosial kemajuan desa.

"Bantuan yang diberikan Pak Harto kepada Desa Samiran telah banyak sejak lama. Utamanya program berkelanjutan yang memicu kemandirian desa," kata Mawardi selaku Ketua Koperasi Damandiri Sejahtera Desa Samiran.

Desa Samiran berada di lereng Gunung Merapi. Memiliki pemandangan yang indah yang langsung menghadap Merapi, suhu yang sejuk, maka diubahlah Samiran menjadi desa wisata.

Jika masyarakat sebelumnya banyak yang berprofesi sebagai petani dan peternak, saat ini lebih sebagai pelaku wisata. Sawah, tegalan dan ternak masih ada, tapi dikelola lebih profesional untuk desa wisata.

Sejak lama pula perhatian kepada desa Samiran juga diberikan berupa bedah rumah untuk homestay 10 rumah, bedah rumah menjadi warung ada 10 unit, bantuan membuat taman Merapi Garden, nantuan pelatihan UMKM, lantainisasi rumah prasejahtera 70 kepala keluarga (KK), bantuan gedung untuk PAUD, termasuk bantuan untuk keluarga prasejahtera.

Kedatangan Mbak Tutut bersama keluarga besar Cendana pun disambut suka cita warga. Mereka yang datang, yakni Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mbak Mamiek, cucu Soeharto, Eno Sigit dan Ketua Yayasan Damandiri Subiakto Tjakrawerdaya.

Pagi itu, Mbak Tutut dan keluarga juga membawa bantuan dan sejumlah program. Bantuan bedah rumah menjadi homestay 23 unit, bibit pohon alpukat 2.500 buah, lantainisasi 35 rumah, pembangunan 35 jamban, beasiswa bagi 61 anak PAUD, dan tabungan kredit amal sejahtera yang sejauh ini sudah mencapai Rp668 juta.

Dia berharap desa Samiran tak hanya berhenti pada status desa mandiri saja, namun menjadi desa mandiri energi. Hal itu lantaran mayoritas warga memiliki ternak-ternak sapi sebagai sumbernya.

"Kotoran sapi bisa jadi biogas untuk kompor dan listrik, sisa kotoran bisa jadi pupuk. Kencing sapi bisa jadi pestisidanya, maka bisa menjadi desa mandiri energi pula," kata dia.

Untuk mendorongnya, Desa Samiran diberikan instalasi pengolahan limbah ternak menjadi biogas. Pihaknya juga memberikan bantuan pupuk pestisida berteknologi nano.

Rina Agustina, salah satu pengelola desa wisata Samiran mengaku, pada tiap akhir pekan, jumlah pengunjung di desa ini mencapai lebih dari 200 orang. Ramainya kunjungan pun secara otomatis menggerakkan potensi ekonomi masyarakat.