Keindahan Taman Nasional Ujung Kulon Sesaat Sebelum Diterjang Tsunami
- VIVA/ Yandi Deslatama/ Serang
VIVA – Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) masuk Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten. Wilayah ini memiliki eksotisme alam yang indah dan kaya. Tempat ini juga merupakan habitat alami badak bercula satu. Tak hanya itu, dekat dengan Taman Nasional Ujung Kulon, banyak destinasi wisata alam yang tak kalah indah. Salah satunya, Pulau Badul.
Pulau Badul, air lautnya jernih, tenang. Pulau ini jadi tempat favorit snorkeling dan tempat foto instagramable dengan payung badak bercula satu di dasar laut yang dangkal. Tak hanya itu, Badul juga jadi tempat yang menarik karena wisatawan bisa melihat binatang laut hidup bebas di alamnya. Namun sayang, setelah terjangan tsunami Selat Sunda beberapa waktu lalu, keindahan surga di Banten ini sirna. Semua porak poranda.
Salah satu pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ujung Kulon, Dandy, melalui perbincangan di aplikasi WhatsApp bercerita, sebelum terjangan tsunami, dia sempat mengajak 23 wisatawan domestik ke Pulau Peucang, tepat di hari Sabtu, 22 Desember 2018.
"Tujuan kita saat itu sebetulnya hanya Pulau Peucang dan explore sekitarannya saja, tidak ada agenda ke Pulau Badul," kata Dandy, saat berbincang tengah malam, Selasa 9 Januari 2019.
Dandy merupakan sarjana strata satu di salah satu kampus di Kota Serang, memilih kembali ke kampung halamannya di Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten, untuk membangun daerahnya melalui wisata alam sekaligus melestarikannya.
Karena masih ada waktu senggang, dia mengajak turis domestik untuk singgah ke Pulau Badul, sekaligus satu jalur menuju perjalanan pulang. Namun, wisatawan hanya diperbolehkan menikmati keindahan Pulau Badul dari atas perahu.
Dia bercerita kalau hari itu, beberapa jam sebelum tsunami meluluhlantakkan kampung dan lokasi wisata di tempatnya, masih terlihat jelas keindahan alam di semenanjung Ujung Kulon, habitat alami badak bercula satu dan satwa liar lainnya.
Matahari terbenam di ufuk barat, berpadu dengan kejernihan air laut, diakuinya sangat indah kala itu. Cuaca cerah dan ombaknya tenang.
"Terlihat di Pulau Badul ada banyak orang yang berkemah, dan kita pun hanya bersapa lewat lambaian tangan, biarpun enggak kenal," ujarnya.
Sampailah dia di dermaga Sumur, sekitar pukul 18.30 WIB, Sabtu 22 Desember 2018. Dandy dan 23 wisawatan lainnya pun berkemas-kemas menuju lokasi penginapan.
Tak ada tanda apapun malam itu, Ujung Kulon masih nampak indah dengan keasrian alam nya. Hanya dentuman Gunung Anak Krakatau (GAK) yang terdengar lebih nyaring malam itu dan dianggap biasa bagi warga sekitar.
"Setelah itu tsunami datang dan menghancurkan semuanya. Rumah warga, kapal, tempat usaha, dan banyak korban tentunya. Termasuk yang ngecamp di Pulau Badul. Dari banyaknya orang di sana yang selamat hanya tiga orang," jelasnya.
Pulau Badul, yang dulu hijau dengan pepohanan, kini telah hilang, nyaris tak tersisa. Hanya terlihat tumpukan pasir, akibat diterjang ganasnya gelombang tsunami yang diduga berasal dari runtuhan material Gunung Anak Krakatau.
Dandy bersama anak muda di kampungnya dan Pokdarwis Ujung Kulon, tengah berusaha bangkit. Selain rumah tinggal mereka telah luluh lantak, ada beberapa anggota Pokdarwis yang menjadi korban.
Usai merapikan rumah tinggal dan membantu sesama korban tsunami Selat Sunda, bersama pemuda lainnya dia berjanji akan membangkitkan kembali wisata Ujung Kulon sekaligus melestarikan alamnya kembali.
"Terutama pemanfaatan destinasi yang mungkin sekarang sudah dibilang hancur, tapi akan menjadi destinasi bagus nantinya," kata Dandy penuh harap.