Pesona Kearifan Lokal Wisata Tanah Baduy

Suasana yang asri di desa adat Baduy.
Sumber :
  • dok. ASTRA Tol Tangerang-Merak

VIVA – Jika Anda tipe traveler yang menyukai alam dan adat budaya, maka berwisata ke Desa Adat Baduy bisa jadi pilihan. Suku Baduy merupakan salah satu suku tertua yang masih bertahan di Indonesia. Hingga kini, mereka masih mempertahankan gaya hidup tradisional, tanpa sentuhan teknologi modern.

Suku Baduy hidup di kaki pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten yang berada di tengah alam hijau dan udara sejuk. Keindahan alam yang berpadu dengan kearifan lokal itu lah yang menjadi nilai tambah bagi wisatawan.

Memasuki Desa Adat Baduy, Anda akan disambut pemandangan kampung yang masih sangat tradisional dengan deretan rumah yang terbuat dari bambu dan ijuk. Mereka hidup secara sederhana dan menyatu dengan alam. Sebagian besar masyarakat Baduy berprofesi sebagai petani. Sebagian lagi mengolah gula aren sebagai mata pencaharian tambahan. Konon, cita rasa gula aren di sana sangat enak karena terbuat dari aren asli.

Selain itu, keseharian warga Baduy juga diisi dengan membuat kain tenun. Tidak hanya orang tua dan dewasa saja, tetapi anak-anak kecil Suku Baduy pun sudah sangat terampil memintal benang untuk membuat kain tenun.  

Seorang anak Desa Adat Baduy memintal benang untuk membuat kain tenun.

Desa Adat Baduy terbagi menjadi dua, yaitu Desa Adat Baduy Dalam dan Desa Adat Baduy Luar yang memiliki peraturan serta kebiasaan yang sedikit berbeda.

Baduy Dalam sendiri memiliki tiga kampung di dalamnya, yakni Cikertawarna, Cibeo dan Cikeusik. Baduy Dalam lebih terisolasi dari dunia luar, dibandingkan dengan Baduy Luar. Di Baduy Dalam, tidak diperkenankan menggunakan alat modern. Pengunjung tidak diperbolehkan mengeluarkan dan menggunakan gadget, termasuk merekam dan memotret. Warga Baduy dalam bisa dikenali dari pakaian dan ikat kepala putih yang mereka kenakan. Busana serba putih ini pertanda mereka masih 'suci' dalam menjalankan adat istiadat leluhur sepenuhnya.   

Warga Baduy menebar jaring di sungai. Foto dok. ASTRA Tol Tangerang-Merak.

Sementara di Baduy Luar, lebih terbuka terhadap alat modern. Pengunjung diperbolehkan memotret dan merekam, meski mereka masih menerapkan peraturan dan tata tertib untuk beberapa hal. Busana para warganya pun sedikit berbeda, mereka tak lagi mengenakan busana serba putih. Meski masih mengenakan sarung dan ikat kepala khas Baduy.

Setiap pengunjung yang akan melakukan perjalanan wisata ke sana harus menaati peraturan dan tata tertib selama berada di kawasan Baduy, baik Baduy Luar, Baduy Dalam, maupun di perbatasan Baduy.

Rumah penduduk yang terbuat dari bambu dan ijuk. Foto dok. ASTRA Tol Tangerang-Merak.

Di sana, Anda tidak diperbolehkan menaiki moda transportasi. Oleh karenanya, stamina yang kuat sangat diperlukan karena Anda akan banyak berjalan kaki. Selain itu Anda juga harus mengikuti cara hidup tradisional, dengan meninggalkan alat mandi yang mengandung bahan kimia, seperti sabun dan sampo. Untuk membersihkan diri, masyarakat Baduy biasa mandi di sungai berair jernih dan sejuk.  
 
Untuk memasuki Desa Adat Baduy, pengunjung dikenakan biaya Rp5 ribu per orang. Jika Anda berencana menjelajah desa lebih lama, Anda bisa singgah di salah satu rumah milik warga. Jumlah yang harus dibayar untuk menginap tergantung kesepakatan yang dibuat bersama pemilik rumah. Biasanya kisaran harga sewa rumah sekitar Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per malam.    

Keseharian warga Baduy yang sederhana. Foto dok. ASTRA Tol Tangerang-Merak.

Selain biaya yang terjangkau, serunya lagi Desa Adat Baduy bisa ditempuh dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari Ibu Kota. Pilih jalan tol Tangerang-Merak untuk perjalanan yang lancar, aman dan nyaman. Kemudian keluar di Gerbang Tol Serang Timur, dari sana Anda harus menuju pusat kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak untuk melanjutkan ke kawasan Ciboleger atau kecamatan Leuwidamar sekitar satu jam perjalanan.

Gerbang ASTRA Tol Tangerang-Merak yang berdesain modern.

Selain Baduy, masih ada beberapa destinasi wisata di sekitar Banten seperti Sawarna, Curug Putri dan Tanjung Lesung yang juga tidak kalah menariknya untuk dikunjungi. Untuk mendukung pariwisata yang ada di Banten, PT Marga Mandalasakti (ASTRA Tol Tangerang-Merak) terus melakukan upaya dalam melakukan perbaikan jalan. Salah satu program yang dilakukan oleh ASTRA Tol Tangerang-Merak adalah revitalisasi beberapa akses Gerbang Tol seperti akses Balaraja Barat, akses Serang Timur, Serang Barat, dan Cilegon Timur.

Lalu lintas yang lancar di ASTRA Tol Tangerang-Merak.

Selain revitalisasi akses, ASTRA Tol Tangerang-Merak juga memiliki program #AyoKeBanten untuk mengajak seluruh masyarakat berkunjung ke sejumlah tempat wisata di Banten. Seperti yang dikatakan oleh Presiden Direktur PT Marga Mandalasakti, Krist Ade Sudiyono, melalui rilis yang diterima VIVA, “Maka kita punya hashtag Ayo Ke Banten, dengan hashtag tersebut kami selalu mengampanyekan untuk Ayo kita ke Banten Lewat Tol Tangerang-Merak, dan ini merupakan sebuah panggilan atau ajakan untuk masyarakat Indonesia agar berkunjung ke Banten,” ujarnya.

Menurutnya Banten memiliki potensi yang luar biasa, destinasi wisata di Banten sangatlah menarik. Mulai dari kuliner, wisata alam, wisata religi, hingga wisata laut dan gunung.