Kampung Djowo, Wisata Eksotik Budaya Jawa

Bangunan khas Jawa di wisata Kampung Djowo di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto

VIVA – Berkunjung ke Kabupaten Kendal, Jawa Tengah tak lengkap rasanya jika tidak menjelajah eksotisme wisata alam dan beragam kulinernya. Daerah tak jauh dari Kota Semarang ini memiliki kawasan pegunungan asri dan alami yang cocok untuk liburan keluarga.

Salah satu destinasi itu adalah Kampung Djowo Sekatul di Desa Margosari, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. Berada 400 meter di atas permukaan laut membuat kawasan Kampung Djowo memiliki hawa sejuk pegunungan, serta nuansa desa yang masih asri.

Meski di wilayah pedesaan, Kampung Djowo telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk liburan keluarga. Mulai dari restoran dengan aneka kuliner lezat, penginapan, wahana permainan anak dan dewasa, hingga spot-spot berswafoto ngehit dan instagenik.

Sesuai namanya, seluruh fasilitas di Kampung Djowo bernuansa budaya Jawa Tengah. Ketika kali pertama menginjakkan kaki di sini, pengunjung akan dimanjakan dengan puluhan joglo. Bangunan khas Jawa yang terbuat dari kayu jati itu rupanya juga memiliki sejarah tersendiri. Seperti joglo Saridin, joglo Mbagan, joglo Joyo Kusumo, joglo Bono Keling dan beberapa joglo Jawa lain.

"Jumlah joglo utama ada enam, dan 20 joglo kecil. Semua joglo punya cerita dan nilai sejarah sendiri," kata pengelola Kampung Djowo Sekatul, Elly Rusmilawati kepada VIVA, Senin, 5 Februari 2018.

Elly menyebutkan, ada sejumlah joglo besar Kampung Djowo yang cukup unik adalah joglo Saridin dan Seno Keling. Joglo Saridin sendiri merupakan joglo asli yang dimiliki oleh tokoh ulama asal Kabupaten Pati bernama Syekh Saridin. Bangunannya pun masih asli dan terjaga hingga kini. 

"Joglo Saridin sejarahnya pernah akan dibeli orang Jepang, tapi enggak bisa diangkat. Tapi ternyata cocok dipindah ke sini pada 2003 silam," kata Elly.

Seperti halnya Joglo Saridin, Joglo Mbagan juga kental makna dan sejarah. Joglo ini dulunya milik Adipati Mbagan dari Lasem, Kabupaten Rembang. Lalu Joglo Joyokusumo milik Adipati Joyokusumo, serta paling megah adalah Joglo Bono Keling. 

"Joglo Bono Keling memang tidak kita komersilkan karena pembangunan istimewa. Joglo ini kerap dijadikan tempat tirakat. Banyak pejabat yang datang tirakat di sini," ujarnya.

Menurut Elly, keberadaan Kampung Djowo berkonsep budaya Jawa tak lepas dari lokasinya yang banyak memiliki kawasan bersejarah. Seperti halnya keberadaan sendang Bimo Suci tak jauh dari bangunan joglo. Konon, sendang ini menjadi lokasi menyepi dan beristirahat raja-raja mataram saat perjalanan ke Candi Promasan. 

Kentalnya sejarah Jawa di Kampung Djowo banyak dimanfaatkan pengelolanya untuk membuat aneka tradisi khusus di bulan-bulan tertentu. Seperti sedekah bumi gunungan, wiyosan, dan festival tari rakyat. 

Daya tarik Kampung Djowo lainnya adalah keberadaan wahana permainan untuk wisatawan yang bosan dengan hiruk pikuk suasana perkotaan. Wahana itu antara lain; wahana air seperti kolam renang, wisata edukasi sawah, empang, membajak sawah dengan kerbau, tanam padi, serta permainan sungai. Untuk permainan kering ada panahan, flying fox dan tempat bermain anak lain yang cukup lengkap.

Foto-foto: VIVA/Dwi Royanto

Sebagai wisata yang dilengkapi restoran, Kampung Djowo menawarkan kuliner khas yang cukup lezat. Menu unik itu seperti sayur lompong, jahe ceng, jahe pala, jahe pandan, aneka masakan ikan kali, serta menu lain khas Jawa. 

"Kami juga punya penginapan berkonsep Jawa yang dijamin membuat pengunjung betah berlama-lama di sini," kata Elly.