Mengenal Sindrom Metabolik pada Remaja

Ilustrasi milenial.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Remaja memiliki karakter unik, terlebih mereka yang kini kerap disebut sebagai generasi Z. Selain pola pikir yang lebih modern, banyak terpapar gadget, remaja generasi ini juga lebih banyak di bombardir dengan makanan-makanan cepat saji yang semakin mudah ditemukan. 

Padahal, di masa pertumbuhan mereka seharusnya mengkonsumsi makanan bergizi dan banyak beraktivitas fisik untuk mendukung tumbuh kembangnya. Masalah kesehatan yang belakangan ini menjadi sorotan adalah sindrom metabolik pada remaja. 

Sindrom metabolik merupakan kumpulan faktor risiko kesehatan yang bila tidak segera ditangani bisa berakibat fatal, seperti peningkatan tekanan darah, kadar gula darah tinggi, lemak berlebih di sekitar pinggang, serta rendahnya HDL atau kolesterol baik.

Masa pubertas menjadi periode rawan munculnya sindrom ini, jadi jangan salah sangka kalau sindrom metabolik hanya diderita mereka yang telah dewasa hingga tua, remaja juga berisiko terkena sindrom metabolik. 

"Usia remaja adalah perubahan hormon-hormon disaat anak-anak belum muncul, dan kadang munculnya berlebihan. Dan hormon-hormon yang tinggi akan memperlambat metabolisme remaja," kata dr. Sandi Perutama Gani, Medical Expert Combiphar, dalam acara Combiphar Media Workshop and Weekend Gateway, di Jambuluwuk Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Sabtu 23 Maret 2019.  

Menurutnya yang paling bisa dilihat adalah bertambahnya nafsu makan namun metabolisme lebih lambat, yaitu pada usia 15 tahun, jumlah kalori yang dibakar 400 hingga 500 kalori lebih sedikit dibanding saat usia 10 tahun. 

"Sehingga saat ada ekses kalau tidak dibakar akan menjadi obesitas. Di sinilah muncul metabolic syndrome," tuturnya.

Perubahan besar yang bisa terjadi dalam tubuh remaja bila penanda sindrom metabolik tidak segera ditangani antara lain pengerasan pembuluh arteri, penurunan fungsi ginjal, bahkan resistensi inslusin, yaitu ketika sel tubuh dapat mengolah gula darah dengan sempurna.