36% Bayi Indonesia Makan Pendamping ASI Sangat Standar
- pixabay/Advisor
VIVA – Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Namun, pencegahan stunting sesungguhnya bisa dimulai sejak usia remaja atau sebelum masa kehamilan terjadi. Selanjutnya, dilakukan dari 1000 hari pertama kehidupan termasuk pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Saat momen kehamilan, para ibu disarankan mendapat asupan protein hewani dan tablet penambah darah untuk cegah anemia. Usai melahirkan janin, proses menyusui turut ditekankan dengan makanan bergizi yang tepat.
"Porsi lauk pauk sumber hewani harus lebih banyak karena protein merupakan zat gizi utama di dalam ASI. Sumbernya dari telur, ikan, unggas dan daging. Pemberian suplemen vitamin A dan tablet tambah darah juga diperlukan ibu," ujar ahli gizi sekaligus Ketua Bidang Ilmiah DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia/Persagi, DR Atmarita MPH, di kawasan Menteng, Jakarta, Selasa 23 Januari 2018.
Selanjutnya, pastikan bayi mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Ditambah dengan makanan pendamping ASI (MPASI) yang memadai.
"Ada tujuh jenis kelompok MPASI yang baik untuk bayi dan minimal dikonsumsi 4 jenisnya. Di mana, 4 jenis kelompok MPASI penting mencakup karbohidrat, lauk pauk, buah dan sayur, serta kacang-kacangan," ujarnya lagi.
Menurut dia, dari data yang ada, 36 persen bayi di Indonesia mendapatkan MPASI yang standar. Sementara, 95 persen bayi, mendominasi dengan makanan jenis karbohidrat.
"Jadi makanan mereka dominan karbohidrat dan minim protein, sayur, dan kacang-kacangan. Sebaiknya MPASI diberikan sampai usia 2 tahun dengan kelompok makanan yang beragam seperti susu, pisang, air tomat saring, kacang hijau, tempe, dan bayam."