Menghambat Pertumbuhan Anak, Stunting Tak Hanya soal Fisik

Ilustrasi fesyen anak.
Sumber :
  • Pixabay/StockSnap

VIVA – Kurang gizi ternyata masih menjadi persoalan krusial di beberapa negara. World Bank menyebut bahwa ada 178 juta anak di bawah umur 5 tahun di dunia menderita stunting atau kondisi anak bertubuh pendek atau kuntet akibat kekurangan gizi kronis.

Di Indonesia sendiri juga tak luput, ternyata Nusantara menduduki posisi ke lima negara dengan kasus stunting tertinggi.

Tak hanya soal tampilan fisik, kondisi stunting tentunya berdampak buruk terhadap perkembangan anak. Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Dr. Entos Zainal S.P.MPHM mengatakan demikian, menurutnya dapat menimbulkan dampak lain baik jangka pendek maupun jangka panjang.

"Pada masa kanak-kanak perkembangan anak menjadi terhambat, penurunan fungsi kognitif, hingga kekebalan tubuh. Dan ketika masa dewasa akan timbul risiko diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi hingga obesitas," ucapnya ucapnya saat ditemui oleh VIVA di Jakarta.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa stunting terjadi akibat minimnya asupan gizi dalam waktu lama. Ada beberapa kategori pada anak stunting.

"Secara fisik, balita stunting memiliki tinggi badan di bawah standar pertumbuhan anak normal. Untuk ukuran yang normal bagi anak usia 5 tahun, tinggi badannya adalah 110 cm," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa praktik pengasuhan berperan besar. Misalnya asupan gizi buruk saat bayi masih dalam kandungan, hingga lingkungan yang tak bersih. Karena hal itu penting menurutnya untuk mengikuti program pemerintah mengenai 1000 hari pertama anak.

"Penting untuk mempersiapkan 1.000 hari pertama anak. Dari masih berupa janin hingga anak berusia 2 tahun. Penting bagi sang ibu untuk menerapkan pola hidup sehat baik saat mengandung hingga menyusui," ujarnya.