Wabah Difteri Jadi Early Warning untuk Ibu Anti Vaksin
- ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf
VIVA – Di zaman ini, tidak sedikit kaum anti vaksin yang menyuarakan bahwa imunisasi bukan hal penting untuk anaknya. Namun, mewabahnya penyakit difteri, sudah seharusnya membuka mata masyarakat akan pentingnya imunisasi untuk anak.
Menteri Kesehatan RI, Nila F. Moeloek menjelaskan bahwa imunisasi menjadi pencegahan spesifik untuk tiap penyakit, khususnya kasus difteri yang saat ini mewabah. Nila juga menuturkan, vaksin difteri ini dibuat dari kuman yang dilemahkan.
"Imunisasi adalah pencegahan spesifik. Jadi, enggak bisa sekali imunisasi semua penyakit dicegah. Misal difteri, dibuat dari kuman yang mengeluarkan toksin untuk dijadikan antibodi difteri," ujar Nila, ditemui di Gedung Prof Sujudi, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Rabu 13 Desember 2017.
Nila menjelaskan, pemberian vaksin tersebut harus dilakukan rutin dan berulang, agar antibodi anak tetap bertahan. Ditambahkannya, wabah difteri ini sudah terbukti secara klinis berkaitan dengan mereka yang menolak vaksin untuk anak.
"Sudah dikonfirmasi di lapangan bahwa penderita yang lemah imunitasnya memang menolak imunisasi. Kalau di luar negeri, kasus seperti ini orang tuanya bisa dituntut, karena imunisasi adalah hak anak," tegas Nila.
"Imunisasi itu hak anak, jangan sampai orang tua tidak memberikannya," tambahnya lagi.
Karena itu, saat anak mengalami gejala khas difteri, Nila menekankan, harus segera diberikan antibiotik. Ia menjelaskan, jangan sampai ada lagi yang menganggap difteri bukan hal yang besar dan menganggap sepele.
"Ini sudah early warning dan terbukti secara klinis baik dari gejala khas dan lab, positif difteri, jadi kami langsung bertindak untuk penanganan ORI (Outbreak Response Immunization). Kalau sudah ada gejala khas, harus diberikan antibiotik segera."