Punya Bayi Prematur, Ayah Ternyata Lebih Stres dibanding Ibu
- Pixabay
VIVA – Ayah bayi prematur umumnya lebih stres daripada ibu. Terutama pada masa transisi dari Unit Perawatan Intensif Neonatal (NICU) ke rumah. Demikian fakta yang diungkap sebuah studi baru yang diterbitkan jurnal Perinatal and Neonatal Nursing, seperti dikutip dari laman The Indian Express, Rabu, 6 Desember 2017.
Para peneliti mencatat bahwa ayah memiliki kadar hormon stres kortisol dalam air liur sebelum memiliki bayi. Tingkat stres ini semakin terasa pada bayi yang rentan secara medis saat meninggalkan NICU dan pulang ke rumah.
"Meski membawa pulang bayi adalah hal yang luar biasa, ini juga bisa membuat stres karena kurang tidur, kurang kontrol dan harus selalu merespons kebutuhan bayi," kata Craig Garfield, Associate Professor di Northwestern University in Evanston, Amerika Serikat.
Craig menjelaskan, ayah harus menghadapi situasi di mana bayi dan ibunya dirawat oleh para ahli di rumah sakit, serta masalah pekerjaannya secara bersamaan. Dia tahu bahwa ia harus menjadi 'pahlawan' untuk keluarganya, tapi ia juga bisa benar-benar mengalami stres.
Tingkat stres yang meningkat juga dapat memengaruhi pola asuh anak dan mengubah tingkat keterikatan antara bayi dan orang tua mereka. Para ahli melakukan penelitian ini dengan cara mengukur level stres orang tua melalui dua cara, yakni tes saliva (air liur) dan survei.
Pada awalnya, mereka menguji peserta sehari sebelum dipulangkan dari rumah sakit, kemudian lima hari dan 14 hari setelahnya.
Untuk membantu meredakan stres ayah dan mempermudah transisi, lebih banyak penekanan yang harus dilakukan agar sang ayah merasa nyaman dan mendapatkan kepercayaan diri dengan bayinya saat masih berada di NICU. Ibu perlu mengingat bahwa ayah juga butuh waktu untuk bersantai, kata Garfield.
"Bayi berkembang saat orang tua berkembang, dan jika orang tua stres, itu bisa mempengaruhi pola asuh anak mereka, hubungan antara ibu dan ayah dapat mengubah keterikatan bayi," kata Garfield.