Bahaya Kombinasikan Metode Makan BLW dan Konvensional

Ilustrasi anak makan sayur
Sumber :
  • Pixabay/vikvarga

VIVA.co.id – Konsep pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dengan metode Baby Lead Weaning (BLW) tengah menjadi pro dan kontra di kalangan orang tua yang memiliki anak di bawah usia satu tahun.

BLW sendiri merupakan metode pemberian MPASI yang membiarkan bayi mengeksplorasi makanannya sendiri, termasuk memutuskan sendiri seberapa banyak yang akan ia makan. Tidak ada aktivitas suap-menyuap oleh orang tua, atau pengasuh.

Makanan yang diberikan pun tidak berupa bubur, atau puree, tetapi seperti makanan lunak yang dianjurkan, namun langsung dalam bentuk finger food (yang bisa dipegang oleh tangan bayi) misalnya brokoli atau wortel kukus.

Selain itu, jika pada metode Responsive Feeding bayi disuapi dan didampingi oleh orang tua, pada BLW, bayi dipersilahkan mengeksplorasi makanannya sendiri dan berapa lama waktu makannya.

Terlepas dari BLW, belakangan banyak pula para ibu yang tertarik menggabungkan metode BLW dan metode konvensional untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si kecil secara maksimal. Namun, Spesialis Anak, dr Lusia Nauli Simbolong justru menilai, dua metode tersebut jauh berbeda.

"Metode BLW dan metode konvensional itu jelas berbeda, jadi jangan dicampurkan. Metode konvensional, jelas ada tahapannya, mulai makanan yang cair, lembek, dan padat," ujar spesialis anak, dr. Lusia Nauli Simbolon Sp.A, kepada VIVA.co.id.

Sementara itu, metode BLW, melewatkan makanan pendamping ASI yang bertekstur lembut. Sehingga, penggabungan kedua metode ini akan menyulitkan si kecil dalam mengonsumsi makanannya.

"Pemberian pada metode BLW, dianggap dapat meningkatkan pola makan anak sehingga berat badan anak lebih baik. Namun penelitian terkait hal itu masih sangat sedikit," kata Lusia.

Sedangkan, metode konvensional sudah memiliki banyak penelitian. Bukti terkait kesehatan dan kecukupan gizi anak, sudah banyak ditemukan dan menunjukkan angka yang signifikan.

"Metode konvensional terbukti membuat penyerapan usus anak menjadi lebih baik karena dilakukan secara bertahap. Kalau kedua metode digabungkan, bisa berdampak pada penyerapan gizi di usus itu," jelasnya.