Gangguan Tiroid Hambat Perkembangan Otak Anak

Infeksi Saluran Pernapasan Atas atau ISPA kerap kali diderita anak-anak.
Sumber :
  • Pixabay/unsplash

VIVA.co.id – Gangguan tiroid yang menyerang kelenjar tiroid, kelenjar yang menghasikan hormon tiroid, bisa menyerang siapa saja. Mulai dari janin dalam kandungan hingga orang di usia lanjut.

Hormon tiroid pada bayi dan anak berperan penting bagi perkembangan otak dan tumbuh kembang. Jika terjadi gangguan pada produksi hormon ini, dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan gangguan prilaku pada anak-anak.

"Gangguan tiroid sejak lahir atau disebut hipotiroid kongenital (HK) dapat mengakibatkan retardasi mental," ujar Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP kepada VIVA.co.id.

Hal ini disebabkan HK mempengaruhi proses mielinisasi atau pembungkus saraf menjadi terganggu. Sehingga keseluruhan perkembangan anak terganggu, baik perkembangan jantung, saraf pendengaran, otot, dan lainnya menjadi terhambat.

Karenanya, tidak heran jika anak dengan HK akan mengalami masalah ketika berjalan, berjalannya menjadi kaku seperti robot. Ketika orang berbicara, mereka butuh waktu untuk mendengar dahulu dan bicaranya pun tersendat. Dan, lanjut Aman, gangguan ini bersifat permanen.

Dengan begitu besarnya dampak HK pada anak, screening sejak kelahiran anak sangat perlu dilakukan. Aman mengatakan, di tahun 2016 saja terdapat 1.600 anak dengan HK dari 5 juta kelahiran.

"Bisa dibayangkan seberapa banyak generasi yang hilang kalau screening ini tidak dilanjutkan dengan cakupan yang lebih banyak," ujar Aman.

Dari sekian banyak anak dengan HK, hanya dua orang saja yang memiliki IQ 80. Bahkan data dari luar negeri menyatakan tidak ada sama sekali anak yang memiliki IQ di atas 85. Jika ini dibiarkan, maka ribuan anak Indonesia akan tumbuh menjadi generasi yang tidak produktif.

Screening atau deteksi dini, kata Aman, paling baik dilakukan dalam dua minggu sejak anak lahir. Jika HK sudah terlanjur menyerang, anak harus menjalani terapi seumur hidupnya dan tidak bisa mengejar keterlambatan perkembangan otaknya. (mus)