Agar Anak Happy Saat Sahur
- pixabay/skeeze
VIVA.co.id – Waktu makan biasanya menjadi waktu yang penuh perjuangan bagi orangtua agar anak makan dengan lahap. Apalagi, di awal bulan Ramadan, si kecil mulai menjalankan ibadah puasa dan harus bangun di tengah malam untuk melakukan santap sahur. Seringakli, anak tak bernafsu melahap apa yang disuguhkan. Ini, seringkali membuat orangtua harus memberikan paksaan.
Padahal memberikan paksaan bisa menimbulkan trauma makan pada anak. Psikiater anak, dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K) mengatakan, proses makan yang menyenangkan, rileks, dan tenang tidak hanya membuat makan tercerna dengan baik, tapi baik untuk merangsang otaknya.
"Otak akan mengeluarkan endorfin, zat dalam otak atau neurokimia yang membuat anak senang. Saat endorfin keluar, rasa menyenangkan itu akan tersimpan dalam otak dan saat ketemu momen lainnya ia akan tetap terbayang momen menyenangkan itu," ujar Tjhin saat ditemui beberapa waktu lalu di Jakarta.
Selain endorfin, lanjut Tjhin, proses makan yang menyenangkan juga bisa merangsang oksitosin. Oksitosin ini penting untuk membuat seseorang rileks dan dalam beberapa penelitian membuktikan kalau makan dalam suasana rileks dan senang, aman dan nyaman, semua organ tubuh akan bekerja dengan baik.
Produksi oksitosin ini akan membuat denyut jantung jadi teratur dan gerakan usus menjadi lebih baik sehingga enzim cerna lebih banyak diproduksi. Pada akhirnya makanan terserap dengan baik.