Bahaya Anak Kurang Zat Besi

Infeksi Saluran Pernapasan Atas atau ISPA kerap kali diderita anak-anak.
Sumber :
  • Pixabay/unsplash

VIVA.co.id – Memasuki usia enam bulan, anak sudah harus diberikan makanan pendamping ASI, atau MPASI. Ini, karena MPASI memberikan sumbangsih 98 persen dari kebutuhan zat besi pada anak.

"Pada saat anak berusia di atas enam bulan, cadangan zat besi yang ada di tubuh sudah habis terpakai selama enam bulan awal usianya. Karena itu, selain ASI harus ditambah lagi. Kalau tidak, akan menimbulkan anemia," ujar Market Nutritionist PT Nestle Indonesia Eka Herdiana, saat konferensi pers Cerelac Nutripuffs di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu 24 Mei 2017.

Anak yang anemia, tambah Diana, bisa berpengaruh pada kognitifnya. Kognitif yang tidak bagus ini akan menciptakan generasi yang kurang berkualitas.

Anemia, bukan sekadar kekurangan darah, atau zat besi, tetapi merupakan kondisi di mana kadar hemoglobin dalam darah berada di bawah batas normal. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah kurang zat besi, vitamin B12, asam folat, dan sebagainya.

Diana menyebut, prevalensi, atau angka anemia di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini pun menjadi salah satu masalah gizi di Indonesia yang sangat krusial. Karena, anak anemia pertumbuhan dan perkembangannya pasti akan terganggu.

"Kalau terjadi sejak tahun pertama kehidupan anak, perkembangan kognitif anak akan mengalami kerusakan. Bila kerusakan ini sudah terjadi, tidak diperbaiki dan dikembalikan lagi," kata Diana.

Apalagi, ketika sudah memasuki usia dua tahun ke atas, perkembangan otak sudah menurun, tidak secepat pada dua tahun pertama usia anak. Karenanya, perkembangan otak yang sedang cepat-cepatnya ini harus didukung, agar berhasil. (asp)