Didik Anak Terlalu Keras Berisiko Nilai Akademiknya Turun

Menceritakan kisah horor dapat membuat anak takut dan trauma yang berkepanjangan.
Sumber :
  • Pixabay/Esudroff

VIVA.co.id – Apapun alasannya, berlaku keras terhadap anak tidak dibenarkan. Namun, beberapa orangtua masih melakukan hal tersebut sebagai alasan untuk mendisiplinkan anak.

Selain berdampak negatif pada pertumbuhan psikologi anak, terlalu keras mendidik juga berpengaruh terhadap menurunnya nilai pelajaran mereka di sekolah.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa siswa yang dibesarkan secara 'kasar' cenderung tertutup dengan orangtua dan lebih tertarik untuk berkelompok bersama teman-temannya.

Hal tersebut membuat kedekatan anak dan orangtua menjadi berkurang. Anak lebih memilih teman-temannya, sehingga ia akan mengabaikan tanggung jawab dan orangtuanya.

Penelitian dari University of Pittsburgh di Pennsylvania, AS itu menyebutkan bahwa kondisi tersebut berpotensi membuat anak terlibat dalam perilaku yang lebih berisiko saat remaja.

Pada anak perempuan, risiko yang dihadapi adalah perilaku seksual di usia dini. Sedangkan pada anak laki-laki perilaku cenderung pada tindakan mencuri dan memukul.

"Dalam penelitian kami, orangtua yang berperilaku keras kepada anak berkaitan dengan penurunan tingkat pendidikannya. Anak lebih memilih tidak menghadiri kelas dan menghindari orangtua. Sehingga berpengaruh terhadap prestasi akademiknya," ujar Ochelle F Hentges, kepala peneliti.

Sikap ini akan membuat anak ketergantungan terhadap teman-temannya, sehingga menghabiskan waktu bersama teman-teman akan lebih menarik dibandingkan mengerjakan PR.

Dalam studi ini juga disebutkan bahwa efek langsung serta tidak langsung dari orangtua mampu membentuk perilaku anak dan hubungannya nya dengan rekan-rekan.

"Penelitian ini menggunakan rentang kehidupan anak-anak sebagai kerangka untuk mengkaji bagaimana pengasuhan memengaruhi hasil pendidikan anak-anak melalui hubungan dengan teman sebaya, perilaku seksual dan kenakalan," kata Hentges atas hasil riset mereka yang diterbitkan dalam jurnal Child Development dan dikutip Indian Express.

Untuk penelitian ini, tim melibatkan 1.482 mahasiswa dari Washington, yang dipantau selama lebih dari sembilan tahun yang dimulai di kelas tujuh dan berakhir tiga tahun setelah lulus SMA. (ren)