Polusi Udara Sebabkan Tiga Juta Bayi Lahir Prematur

Bayi baru lahir.
Sumber :
  • pixabay/cristianabella

VIVA.co.id – Bayi yang lahir prematur berpotensi alami masalah pada kesehatannya, terutama terkait gangguan pernapasan, infeksi dan pencernaan. Sedangkan efek jangka panjangnya, bayi-bayi prematur juga bisa mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran.

Dilansir dari Dailymail, bayi-bayi yang lahir prematur di seluruh dunia meningkat sejak tahun 2010. Sejumlah ilmuwan menyatakan polusi udara merupakan satu dari sekian penyebabnya. Mereka meyakini bahwa hal tersebut memiliki probabilitas sebanyak 20 persen dan mengakibatkan sebanyak 3.4 juta bayi lahir prematur.

Polutan mikroskopis yang dikeluarkan dari gas emisi mesin diesel dan asap-asap pabrik bisa bersarang di paru-paru ibu hamil. Zat polutan yang tidak kasat mata berpotensi diturunkan ke dalam kandungan yang sedang berkembang dan berisiko menyebabkan bayi-bayi lahir sebelum waktunya.

Polutan yang berdiameter lebih kecil, yakni sekitar 2.5 mikrometer ditemukan di tiga wilayah yang tersebar di seluruh dunia, yakni kawasan Afrika yang berada di seputar Gurun Sahara, Afrika Utara dan antara Asia Selatan dan Timur. Wilayah Asia Selatan merupakan kawasan yang paling banyak ditemukan kasus lahirnya bayi prematur, yaitu sebanyak 1,6 juta.

Dr Paul Jarris, Kepala Medis dari March of Dimes yakni organisasi yang fokus pada kelahiran dan kesehatan bayi menyatakan kondisi lingkungan yang buruk satu dari sekian pembunuh yang menyebabkan banyak bayi yang mati di Amerika Serikat dan dunia. Menjaga kualitas lingkungan merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar lagi.

“Kita sudah mengetahui polusi udara menyebabkan penyakit asma dan serangan jantung bagi orang dewasa. Namun, banyak dari kita yang gagal menyadari bahwa hal ini juga bisa memengaruhi bayi-bayi, bahkan sebelum mereka lahir,” kata Paul.

Hampir sebanyak 15 juta bayi lahir sebelum masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu. Sebanyak 1 dari 13 bayi di Amerika Serikat dan 1 dari 10 bayi di Inggris lahir secara prematur. Menurut data dari World Health Organisation (WHO), hal itu menyebabkan banyak bayi-bayi yang mati sebelum memasuki usia 5 tahun. (ms)