Gadget Buat Anak Tak Bisa Mengenal Emosi
- pixabay/brett_handou
VIVA.co.id – Demam penggunaan gadget pada anak saat ini menimbulkan sejumlah kekhawatiran. Tidak hanya efek buruk pada kesehatan, tapi juga perkembangan anak secara psikologis.
Psikolog anak Annelia Sari Sani menjelaskan, anak sebenarnya belajar melalui pengalaman baik yang ia alami langsung atau melalui orang lain yang berkaitan dengan dirinya. Jika dia hanya menggunakan gadget, dia tidak bisa mengalami langsung pengalaman tersebut. Seperti misalnya dia tidak bisa mengetahui bagaimana tekstur rumput yang sebenarnya.
"Beberapa kekhawatiran yang muncul adalah anak yang asyik bermain gadget, interaksi dia akan berkurang padahal dia bisa belajar dari interaksi itu," kata Anne saat ditemui VIVA.co.id di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Pentingnya interaksi pada anak adalah mereka bisa mengenal ada emosi ketika melihat ekspresi orang lain. Dia melihat seperti apa ekspresi ketika orang marah, takut, atau cemas. Kalau di gadget, tidak ada sinkronisasi antara suara dengan emosi karena suara takut dan cemas bisa terdengar berbeda antara satu orang dengan lainnya.
Jika anak tidak mengalami langsung hal ini, di pun tidak bisa belajar apa itu emosi. Karena kemampuan emosi juga sama pentingnya dengan perkembangan kognitif anak.
"Kekhawatiran lain adalah anak jadi pasif. Akibatnya berat badan berlebih karena intake yang banyak tapi tidak disalurkan melalui aktivitas fisik," imbuh Anne.
Selain itu, anak yang terlalu asyik dengan gadget-nya akan terputus hubungannya dengan dunia sekitar. Dia jadi merasa tidak membutuhkan orang lain. Kemudian keterampilan sosialnya pun tidak berkembang.
Meski saat memainkan game juga melibatkan interaksi, tetap saja yang diperlukan adalah interaksi dengan manusia sungguhan. Mereka harus merasakan emosi langsung atau emosi yang hidup.