Sering Tak Disadari! Penyebab BB Seret pada Anak Bisa Jadi Karena Alergi Susu Sapi, Begini Penjelasannya
- Freepik
Jakarta, VIVA – Masalah pada proses tumbuh kembang anak yang kerap menjadi tantangan bagi para orangtua adalah sulitnya naik berat badan atau yang dikenal dengan istilah BB seret. Berat badan (BB) seret ini adalah kondisi ketika berat badan anak tidak naik sesuai dengan target dan normalnya anak seusia mereka.
Ada banyak penyebab yang umumnya menimbulkan BB seret, seperti sembelit, porsi makan atau nutrisi yang tidak sesuai asupan makanan yang tidak mencukupi, anak mengidap penyakit tertentu, hingga gangguan infeksi kronis. Scroll untuk informasi selengkapnya, yuk!
Namun ada satu penyebab yang luput dari perhatian kebanyakan orangtua yakni alergi susu sapi pada anak. Alergi susu sapi pada anak biasanya disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh yang menganggap protein dalam susu sapi sebagai zat asing yang berbahaya. Ketika anak yang alergi mengonsumsi susu sapi, sistem imun tubuh merespons dengan melepaskan zat-zat kimia, seperti histamin, yang menyebabkan gejala alergi.
"Satu penyebab BB seret pada anak yang sering saya temui adalah alergi susu sapi," kata Dokter Spesialis Anak dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH, mengutip video di Instagramnya, Rabu 13 November 2024.
Kebanyakan orangtua mendapati hasil tes IgE negatif pada darah anak, ini berarti tidak ada reaksi alergi yang diperantarai oleh IgE terhadap susu sapi. Alergi IgE-negatif tidak menimbulkan peningkatan antibodi IgE dalam darah, sehingga tes alergi IgE memang tidak dapat mendeteksi jenis alergi ini. Namun, anak tetap bisa menunjukkan gejala alergi susu sapi yang tidak diperantarai oleh IgE.
Alergi non-IgE disebabkan oleh respons imun lain yang melibatkan sel-sel imun selain antibodi IgE, seperti sel T, yang menimbulkan peradangan di saluran pencernaan dan kulit. Akibatnya, gejala yang muncul pada alergi non-IgE seringkali lebih lambat dan tidak terlihat pada pemeriksaan darah IgE, tetapi tetap memengaruhi kondisi kesehatan anak, seperti menyebabkan batuk, pilek, konstipasi, diare, atau bahkan darah pada feses.
"Nah, nggak semua alergi susu sapi terdeteksi oleh IgE karena nggak semua termediasi oleh IgE. Bedanya apa? Umumnya yang terjadi akibat mediasi IgE, konsepnya cepat atau mulainya cepat, dari minum susu sapi, kemudian muntah, atau gatel-gatel, atau sesak napas," jelas kakak Menpora Dito Ariotedjo itu.
"Tetapi yang tidak diperantarai IgE, efeknya tuh bisa lebih lama. Misalnya nih, jadi batuk pilek, jadi konstipasi, kemudian malah jadi diare, atau ketika dicek fesesnya ada darahnya," tambahnya.
Karena alergi non-IgE ini tidak terdeteksi dalam tes darah standar, biasanya dokter akan menyarankan metode eliminasi makanan. Metode ini melibatkan menghindari susu sapi untuk jangka waktu tertentu, kemudian secara bertahap memperkenalkannya kembali sambil memantau munculnya gejala.
Dengan cara ini, alergi non-IgE dapat diidentifikasi, meskipun tidak dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah. Karena alergi non-IgE ini tidak terdeteksi dalam tes darah standar, biasanya dokter akan menyarankan metode eliminasi makanan. Metode ini melibatkan menghindari susu sapi untuk jangka waktu tertentu, kemudian secara bertahap memperkenalkannya kembali sambil memantau munculnya gejala. Dengan cara ini, alergi non-IgE dapat diidentifikasi, meskipun tidak dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah.
"Apabila alergi ini terjadi terus-menerus, maka terjadi peradangan pada saluran cerna sehingga penyerapan nutrisi juga nggak baik. Akhirnya anak makan yang udah banyak tapi nggak gemuk-gemuk," katanya.