Bukan Cuma Tugas Guru, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua Buat Kembangkan Potensi Anak Sejak Dini

Ilustrasi ibu dan anak/parenting.
Sumber :
  • Freepik/lookstudio

Jakarta, VIVA – Potensi dalam diri seorang anak bisa dibangun lewat pendidikan secara formal maupun informal. Ketika anak-anak terlihat memiliki potensi yang lebih dalam sebuah bidang atau soft skill, tentunya dukungan dari orang-orang sekitarnya sangat dibutuhkan.

Di sekolah pun, anak-anak sering kali dituntut mengikuti arahan dari guru dan buku pelajaran. Padahal ada banyak hal di luar sana yang bisa mereka eksplorasi lebih dalam dan diterapkan dalam pelajaran-pelajaran sekolahnya. Untuk itu, membuat anak aktif berpendapat perlu diterapkan supaya mereka punya pola pikir yang lebih kritis. Scroll untuk tahu info lengkapnya, yuk!

"Bagaimanna sekolah memandang anak adalah hal yang penting. Ketika kerja sama dengan sekolahan lain ini kita kerjakan paradigma terhadap anak. Mulai dari menjadikan anak sebagai subjek. Metode pembelajaran, kalau di Kupang terbiasa dengan ceramah dari gurunya. Tetapi harusnya adalah mode interaktif, anak dibiasakan mencari informasi sendiri, presentasi misalnya," kata Kepala Sekolah Abdi Kasih Bangsa, Victoriani Inabuy, dalam acara Peluncuran Puyo Peduli & Silky Kids Bundle, di Jakarta, Sabtu 2 November 2024.

Peluncuran Puyo Peduli dan Silky Kids Bundle

Photo :
  • VIVA.co.id/Rizkya Fajarani Bahar

Sayangnya, masih banyak orangtua yang kurang memahami betapa pentingnya mengembangkan potensi anak sejak dini. Tidak sedikit juga yang menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada pihak sekolah. Padahal, peran orangtua juga sangat dibutuhkan dalam hal ini.

Orangtua adalah guru pertama bagi anak-anak karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Bukan hanya guru di sekolah yang dituntut memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak, melainkan juga dukungan orangtua di rumah.

Dimulai dari hal-hal kecil saja seperti melibatkan anak dalam mengambil keputusan, orangtua sudah bisa mengembangkan cara berpikir anak agar lebih kritis dan luas.

"Orangtua ketemu anak lebih sering dari pada guru, waktu yang lebih lama. Jadi memulai pendidikan itu dengan membuat anak berharga di rumah. Artinya ketika orangtua mau membeli kendaraan, jangan cuma papa mamanya yang mikir. Kenapa anak nggak diajak juga gitu anaknya," jelasnya.

"Banyak hal keputusan di satu keluarga apa yang mereka sama-sama lakukan, misalnya mau tamasya ke mana nggak asal bawa anak tapi biarkan pertimbangan dia juga masuk. Hal-hal seperti ini membuat anak merasa dia punya pandangan berharga, dia punya cara pikir kreatif, dia bahkan bisa cari informasi untuk ke tempat yag dia mau pergi," tambahnya.

Lewat kampanye Puyo Peduli 2024, seluruh masyarakat Indonesia diajak untuk turut serta membangun Sekolah Abdi Kasih Bangsa di Nusa Tenggara Timur (NTT).