7 Kesalahan fatal Ayah dan Anak: Begini kata ustadz Bendri di Youtube Nikita willy

Ilustrasi ayah dan anak ( pixabay.com)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Banyak ayah di Indonesia yang berfokus hanya pada aspek finansial dan fisik, sementara aspek emosional dan pendidikan keagamaan anak seringkali terabaikan. Hal ini berdampak besar pada perkembangan psikologis dan spiritual anak.

Dampak negatif dari absennya peran emosional ayah terlihat nyata. Banyak anak merasa "yatim" secara emosional meski ayah hadir secara fisik. Akibatnya, mereka mencari pelarian di media sosial atau lingkungan yang kurang sehat, sehingga lebih rentan terhadap pengaruh negatif.

ustadz Bendri dalam wawancaranya dengan Nikita Willy memberikan solusi konkret tentang pentingnya pendidikan keagamaan yang benar serta keterlibatan emosional ayah dalam kehidupan anak, sehingga anak dapat tumbuh dengan fondasi moral dan spiritual yang kuat.

  1. Kurangnya Pengetahuan Ayah tentang Perkembangan Anak

Banyak ayah yang tidak memahami tanda-tanda penting dalam perkembangan anak, seperti mimpi basah pada anak laki-laki. ustadz Bendri menekankan bahwa ini adalah bagian penting dari pendidikan seksual dan spiritual. Ayah seharusnya terlibat langsung dalam memberikan pengetahuan mengenai hal ini.

  1. Kesucian dan Ibadah: Fondasi yang Sering Terlupakan

Sebelum mengajarkan ibadah, seorang ayah perlu menanamkan pemahaman tentang pentingnya thaharah atau kesucian. Banyak ayah hanya fokus pada praktik ibadah tanpa memperhatikan aspek mendasar seperti mandi junub setelah mimpi basah, yang justru esensial sebelum melakukan ibadah dengan benar.

  1. Kehadiran Psikologis: Ayah Yatim Secara Emosional

ustadz Bendri mengungkapkan bahwa meski banyak ayah hadir secara fisik, mereka sering kali absen secara psikologis. Anak-anak merasa terabaikan secara emosional, dan ini menjadi salah satu alasan mereka sering merasa yatim meski ayah mereka ada di rumah. Kehadiran emosional sangat penting agar anak merasa didukung, terutama dalam 

  1. Privasi Berlebihan: Ancaman di Era Digital

Anak-anak di era digital sering merasa memiliki privasi yang terlalu besar, sehingga mereka enggan berbicara tentang masalah pribadi kepada orang tua. Menurut ustadz Bendri, hal ini bisa menjadi celah bagi pengaruh negatif dari konten media yang merusak, seperti pornografi atau konten kekerasan.

  1.  Pendekatan yang Tepat Berdasarkan Gender

ustadz Bendri menekankan bahwa pendidikan untuk anak laki-laki dan perempuan harus dilakukan dengan pendekatan yang berbeda. Ayah seharusnya memahami bahwa masing-masing gender memiliki kebutuhan dan tantangan unik yang tidak bisa disamakan. 

  1. Indonesia: Salah Satu "Fatherless Country" Terbesar di Dunia

Menurut data yang dibahas oleh ustadz Bendri, Indonesia berada di urutan ketiga sebagai "fatherless country." Ini berarti banyak anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ayah yang memadai, baik secara fisik maupun emosional. Fenomena ini berdampak besar pada pembentukan karakter dan moral anak-anak di Indonesia.

  1. Pengalaman Pribadi ustadz Bendri sebagai Konselor Anak

Sebagai konselor, ustadz Bendri berbagi pengalaman bahwa banyak anak yang merasa kesepian meski ayah mereka hadir di rumah. Mereka merindukan dukungan emosional dan perhatian yang lebih mendalam, namun sering kali yang mereka dapatkan hanya perhatian yang bersifat materi atau fisik saja.
 

Contoh dari Kisah Al-Qur'an: Pelajaran dari Hubungan Ayah dan Anak

ustadz Bendri mengambil contoh dari kisah Nabi Yusuf dalam Al-Qur'an, di mana ayahnya, Nabi Ya’qub, memiliki hubungan yang erat dengan anaknya. Komunikasi yang baik antara ayah dan anak memungkinkan Yusuf untuk merasa aman dan berbagi masalah tanpa rasa takut. Ini adalah contoh ideal dari bagaimana ayah seharusnya membangun hubungan dengan anak-anak mereka.

 

Mengembalikan Peran Ayah yang Hilang

Percakapan antara ustadz Bendri dan Nikita Willy memberikan gambaran jelas tentang tantangan yang dihadapi oleh ayah dalam mendidik anak-anak di era modern ini. Keterlibatan emosional dan perhatian terhadap pendidikan keagamaan menjadi hal yang krusial untuk membentuk karakter dan moral anak yang kuat. Para ayah harus mulai mengambil peran aktif dalam mendidik anak mereka, baik dari segi spiritual maupun psikologis, demi masa depan anak yang lebih baik.

 

FAQs

1. Mengapa peran ayah begitu penting dalam pendidikan anak?

Peran ayah penting karena memberikan pondasi moral, spiritual, dan emosional yang dibutuhkan anak untuk menghadapi kehidupan. Ayah yang terlibat secara emosional mampu membantu anak memahami nilai-nilai penting dan membuat mereka merasa didukung.

2. Apa yang dimaksud dengan "fatherless country"?

"Fatherless country" adalah istilah yang merujuk pada negara-negara di mana banyak anak tumbuh tanpa kehadiran ayah, baik secara fisik maupun emosional. Di Indonesia, fenomena ini menjadi perhatian karena berdampak pada perkembangan psikologis dan moral anak-anak.

3. Bagaimana cara ayah dapat lebih terlibat dalam kehidupan anak?

Ayah bisa lebih terlibat dengan cara menyediakan waktu berkualitas untuk anak, mendengarkan mereka dengan empati, dan mengajarkan nilai-nilai penting melalui contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

4. Apa dampak negatif dari absennya peran ayah dalam kehidupan anak?

Anak yang tidak mendapatkan perhatian dan dukungan emosional dari ayah cenderung merasa kesepian, rentan terhadap pengaruh buruk, dan mengalami masalah psikologis di kemudian hari.