Mitos Atau Fakta, Kecerdasan Anak Dipengaruhi Gen Ibu?

Ilustrasi anak belajar dari komputer.
Sumber :
  • Pexels/Julia M Cameron

JAKARTA  – Belakangan ini program acara Class of Champions tengah ramai diperbincangkan di kalangan pengguna media sosial. Acara yang diadaptasi dari games University war dari Korea Selatan ini mempertandingkan mahasiswa terbaik dari perguruan tinggi top Indonesia.

Para peserta akan saling berkompetisi menghadapi berbagai tantangan unik dan adu kecerdasan. Sejumlah peserta mulai dari Sandy dari National University of Singapore, Maxwell dari Universitas Airlangga hingga Shakira Amirah dari Univesitas Idonesia berhasil mencuri perhatian publik.

Kepintaran mereka dalam memecahkan soal-soal di setiap tantangan membuat kagum pengguna media sosial. Saking pintarnya banyak perdebatan yang terjadi di kalangan pengguna media sosial tentang kecerdasan mereka. Banyak asumsi di kalangan masyarakat yang menyatakan bahwa seorang anak bisa cerdas itu lantaran keturunan atau bawaan gen.

Lantas benarkah demikian? Spesialis anak, dr.  Ria Yoanita, Sp.A angkat bicara. Dalam podcastnya bersama dengan Nikita Willy belum lama ini dia menepis semua asumsi yang menyebut bahwa kecerdasan anak itu diturunkan atau diwarisi oleh orang tua mereka.

"Mitos, jadi sebetulnya anak itu untuk mencapai kognitif yang paripurna spektarkuler itu tergantung. 20 persen betul secara genetik, tapi 80 persennya adalah lingkungan," kata dia menjelaskan.

Ria mengungkap faktor lingkungan yang memiliki porsi 80 persen untuk membentuk kecerdasan anak ini meliputi  nutrisi, stimulasi, pola asuh asah asih, nah itu yang mempengaruhi. 

"Jadi yang besar mempengaruhi yang lingkungan sebetulnya dibanding genetiknya," kata dia.

Ria menjelaskan bahwa kecerdasan anak tidak hanya mengandalkan faktor genetik yang bagus. Proses tumbuh kembang anak juga dipengaruhi oleh lingkungan termasuk dalam hal pemenuhan gizi.

Saat berat badan anak tak kunjung normal, memiliki perkembangan motorik yang lamban atau ketika muncul masalah, segera lakukan pemeriksaan.Jangan sampai terlambat karena proses tumbuh kembang tidak bisa diulang.

"Jadi kadang-kadang terutama pada mama-mama nih yang punya bayi atau batita di bawah 2 tahun itu kan masih masa krusial banget ya, golden periode banget tuh. Jangan sampai kalau misalnya nih, oh anak berat badannya seret enggak naik misalnya sudah empat bulan, lima bulan. Jangan bilang bahwa ini itu keturunan," jelasnya.

Dia menambahkan,"Nah karena sebetulnya anak tumbuh dan kembang itu yang diturunkan hanya 20 persen, sisanya lingkungan. Jadi perhatikan dengan benar jangan keburu menjudge tapi ternyata salah. Takutnya kan dampaknya sampai nanti," ujarnya.