Kandungan Didiagnosis Penyakit Jantung Bawaan, Apa yang Perlu Dilakukan Ibu Hamil?
- Stocksnap
VIVA Lifestyle – Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan kelainan struktur jantung yang ditemukan sejak lahir akibat gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.
Insiden kejadian PJB ini terjadi pada 8-10/1000 kelahiran hidup. Selain itu, 30 persen PJB ditemukan pada bulan pertama kehidupan dan 50 persen meninggal pada bulan pertama kehidupan. Scroll lebih lanjut ya.
Di Indonesia sendiri, PJB berkontribusi pada angka kematian bayi yang tinggi di Indonesia. 80 ribu bayu lahir dengan PJB per tahun di Indonesia.
Berbicara mengenai PJB, ada beberapa faktor risiko bayi yang lahir dengan PJB, mulai dari kelainan gen, riwayat keluarga dengan PJB, sindroma. Selain itu, ibu yang mengandung ada penyakit rubella, CMV, toxoplasma, diabetes hingga sering menggunakan obat yang tidak direkomendasikan dokter selama kehamilan.
“Hal-hal yang dapat dilakukan agar tidak terjadi PJB yaitu dengan mengenali faktor resikonya, baik ibu maupun janin. Pola makan, kondisi kesehatan atau penggunaan obat ibu selama kehamilan, serta merokok selama kehamilan dapat memicu PJB pada janin.,”kata spesialis anak dari Rumah Sakit Premier Bintaro, Prof. Dr. dr. Najib Advani, Sp.A (K), M.Med (Paed) dalam seminar awan Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan sejak Janin, Bayi, dan Anak-anak belum lama ini.
Sementara itu, spesialis kandungan dan kebidanan, Didi Danukusumo, Sp.OG (K) Fetomaternal menjelaskan untuk faktor resiko pada janin antara lain kelainan gen atau kromosom, kelainan irama jantung, penebalan tengkuk serta plasenta pada kehamilan 1 telur.
Untuk itu, bagi ibu hamil yang mengkonsumsi asam folat 0.8mg dapat membantu mencegah PJB. Selain itu disarankan melakukan skrining secara berkala seperti skrining kelainan bawaan pada trimester 1. Kemudian pada trimester 2 dilakukan pemeriksaan Genetic Ultrasound serta Feto Echocardiography.
Apabila ditemukan kecurigaan PJB, dokter spesialis kandungan akan bekerjasama dengan dokter spesialis jantung anak membahas kondisi jantung janin dan juga persiapan kelahiran bayi.
“Pemeriksaan Fetal Echocardiography kembali akan dilakukan, kali ini oleh dokter spesialis jantung anak guna menegakkan diagnosis dan menentukan penanganan bayi setelah lahir, dimana melibatkan beberapa dokter spesialis seperti dokter spesialis anak neotatologi dan dokter spesialis bedah jantung anak,” ungkapnya.
Sementara itu, PJB diketahui ada yang sembuh dengan sendirinya, namun ada juga yang harus menjalani tindakan intervensi, baik berupa terapi bedah seperti operasi paliatif Pulmonary Artery Banding pada kasus VSD besar, operasi ligase PDA, dan lain-lain, maupun terapi non-bedah seperti Balloon Atrial Septostomy (BAS) pada kasus TGA, pemasangan coil pada kasus VSD, ASD, PDA, dan tindakan lainnya.
Di sisi lain, CEO RS Premier Bintaro Dr. Martha M.L. Siahaan, S.H., MARS, M.H. Kes, menyampaikan bahwa jumlah kasus jantung bawaan di Indonesia tidak berbanding seimbang dengan banyaknya fasilitas layanan kesehatan yang mendukung. Untuk itu RS Premier Bintaro akan membuka layanan unggulan baru untuk penyakit seputar jantung, dimana saat ini masih dalam proses penggarapan. Diharapkan dengan bertambahnya fasilitas layanan unggulan ini, dapat membantu mengatasi banyaknya kasus jantung di Indonesia.