Hati-Hati Bun, Sering Bandingkan Anak Picu Gangguan Mental NPD

Ilustrasi ibu dan anak atau parenting.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Narcissistic personality disorder (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik adalah salah satu gangguan mental yang membuat pengidapnya merasa sangat penting dan harus dikagumi. Orang dengan NPD ini juga hampir selalu merasa lebih baik ketimbang orang lain. 

Mayoritas pengidapnya selalu membanggakan pencapaiannya, padahal itu adalah hal yang biasa saja. Pengidap narsistik juga biasanya memiliki tingkat empati yang rendah kepada orang lain. Yuk, scroll untuk informasi selengkapnya.

Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami NPD adalah faktor genetik. Hal ini diungkap oleh Spesialis kedokteran jiwa, dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ dalam program Hidup Sehat tvOne

“NPD ada faktor genetik berperan. Kalau misalnya orangtua atau anggota keluarga yang punya hubungan darah itu juga memiliki gangguan narsistik, maka mereka yang memiliki hubungan darah akan rentan berisiko untuk memiliki hal sama,” ujar dia, Senin 29 Januari 2024. 

Tak hanya itu, pola asuh dan pengalaman kehidupan yang traumatis yang dimiliki oleh yang bersangkutan juga memiliki peran penting dalam pembentukan NPD. Misalnya, kata Lahargo, orangtua yang terlalu membandingkan anaknya dengan orang lain, sehingga pencapaian yang dimiliki anak dirasa tidak cukup. Hal ini membuat si anak ini memiliki harga diri atau konsep diri yang rendah. 

“Dia harus mencapai sesuatu yang hebat, yang menonjol yang nomor satu untuk mendapatkan apresiasi itu akan menetap hingga dewasa. Sehingga ini jadi suatu ciri menonjolkan diri, harus menunjukkan dirinya yang hebat luar biasa dan sering berujung pada gangguan narsistik,” jelasnya.

Dijelaskan Lahargo lebih lanjut, trauma masa kecil seperti di atas itu berperan terhadap munculnya narsistik ini. Beberapa trauma di masa lalu lainnya yang bisa menyebabkan munculnya NPD, antara lain pengalaman diperlakukan tidak baik oleh orang lain, pengalaman mendapatkan perlakukan kekerasan secara verbal atau fisik atau seksual, juga bisa jadi pemicu. 

Selain itu, adanya keinginan yang tidak tercapai, kehilangan orang atau figur yang penting dalam hidupnya, serta relasi yang tidak baik dengan orang lain. 

“Ini bisa memicu gangguan kepribadian salah satunya narsistik. Pengalaman hidup di masa sebelumnya kemudian akan membentuk skema di masa sekarang ini untuk melindungi psikologis, kondisi mental, dengan caranya yang tidak baik untuk hidupnya,” ujar dia.