Pakar Ungkap Penyebab Autisme pada Anak

Ilustrasi anak bermain
Sumber :
  • Pixabay/rbalouria

VIVA Parenting – Autisme atau disebut juga sebagai gangguan spektrum autisme, merupakan gangguan perilaku dan interaksi sosial akibat kelainan perkembangan saraf otak. Kondisi ini membuat penderitanya sulit berkomunikasi, berhubungan sosial dan belajar. 

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), autisme terjadi pada 1 dari 60 anak di seluruh dunia. Lalu, adakah yang paling dicurigai sebagai penyebab anak lahir autisme? Yuk, scroll untuk mengetahui jawabannya

Menurut Pakar Pendidikan Anak Autis dan pendiri sekolah berasrama Imaculata Autism Boarding School, Dr Imaculata Sumayati, salah satu yang paling layak diduga untuk dicurigai adalah penggunaan kemasan plastik yang mengandung bisphenol A (BPA) secara terus-menerus.

"Kenapa anak-anak bisa kena autisme? Lihat saja perilaku kita sehari-hari, hampir tak pernah lepas dari plastik yang mengandung BPA. Makan, minum, mainan semua menggunakan plastik yang mengandung BPA," kata Dr Imaculata di Bekasi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, jumlah penyandang autisme meningkat terus di Indonesia, dengan tambahan 500 anak pengidap autis tiap tahun. Menurut data terakhir pada 2021, jumlah penderita anak autisme di Indonesia naik drastis hingga mencapai sekitar 2,4 juta. 

Dokter Imaculata mengamati kenaikan jumlah siswa yang mengidap autis ini di sekolahnya. Awalnya, pada saat baru didirikan pada 2000, siswanya hanya 5 orang. Tapi kemudian jumlah tersebut terus meningkat. Hingga pada 2021 saja, sedikitnya ada 600 anak autis masuk daftar waiting list untuk bisa masuk sekolah tersebut.

Pada 2000, tercatat perbandingan anak autis di Indonesia adalah 1:500. Artinya, setiap 500 anak terdapat satu anak penyandang autisme. Empat tahun kemudian, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadhilah Supari menyatakan jumlah anak penyandang autis naik jadi 475 ribu.

Pada 2006, jumlah anak penyandang autis di Indonesia adalah 1:150, artinya setiap 150 anak terdapat satu anak autis. Ini berarti naik 300 persen hanya dalam tempo 6 tahun. Jika mengacu pada jumlah anak Indonesia pada 2012 adalah 52 juta, maka jumlah anak autis  pada 2012 sebanyak 532.200 anak.

Jika pertambahan anak autis tiap tahun sebesar 53.220 anak, dan tiap hari ada penyandang autis sebanyak 147 anak, maka dalam 10 tahun sedikitnya sudah mencapai angka 529.200. Wajar jika pada 2021 saja diperkirakan jumlahnya sudah sebanyak 2,4 juta.

Ilustrasi anak bermain balon

Photo :
  • Pixabay/pexels

Lebih jauh lagi, studi yang ditulis Jinan Zeidan dari McGill University Montreal dan tim di jurnal Autism Research pada awal Maret 2022 menemukan bahwa prevalensi global autisme telah meningkat menjadi 1 dari 100 anak. WHO dalam publikasinya pada akhir Maret 2023, menggunakan kajian Zeidan ini sebagai rujukan prevalensi autisme 1:100 anak rata-rata secara global. 

Indonesia memang minim dan tertinggal jauh dalam riset yang fokus mengaitkan antara senyawa BPA dan penyakit autisme pada anak, tapi riset sejenis di dunia internasional bukanlah hal baru. 

Pada 2021, saja tercatat ada 5 riset tentang pengaruh BPA dan gangguan autisme pada anak. Salah satunya adalah studi dari Universitas Chulalongkorn, Universitas Tohoku, dan Universitas George Washington dan dipublikasikan pada 2021 di jurnal Scientific Reports dengan judul Identification of sex-specific autism candidate genes responsible for the effects of Bisphenol A exposure in the brain

“Banyak penelitian menunjukkan bahwa BPA dapat merusak fungsi otak, dan hal ini terkait dengan terganggunya fungsi otak pada gangguan spektrum autisme (ASD). Para ilmuwan percaya bahwa BPA mungkin menjadi salah satu faktor risiko lingkungan utama untuk ASD,” kata Asisten Profesor Dr. Tewarit Sarachana, kepala unit penelitian System Neuroscience of Autism and Psychiatric Disorder (SYNAPS) di Universitas Chulalongkorn, Thailand. 

Bahkan, lebih satu dekade sebelumnya, tepatnya pada 2009, sudah ada studi yang dipublikasikan di Journal of Autism and Developmental Disorders yang menemukan adanya hubungan antara konsumsi air dari kemasan polikarbonat yang mengandung BPA dan peningkatan risiko autisme pada anak. 

Studi yang dipublikasikan dengan tema Prenatal Bisphenol A Exposure and Neurobehavioral Development of Male and Female Children at 36 Months ini dilakukan oleh para peneliti yang dipimpin Dr. Bruce Lanphear dari Simon Fraser University, Vancouver, British Columbia.

Ilustrasi ibu dan anak/parenting/bayi.

Photo :
  • Freepik/gpointstudio

Hasil studi menunjukkan bahwa anak-anak yang dilahirkan dari wanita dengan kadar BPA lebih tinggi, cenderung memiliki risiko autisme lebih tinggi. 

“Kami menemukan bahwa konsumsi air kemasan botol oleh ibu hamil, yang merupakan salah satu sumber potensial paparan BPA, terkait dengan peningkatan risiko autisme pada keturunan," demikian salah satu paparan riset tersebut.

Berkenaan dengan Hari Autisme Sedunia yang diperingati pada 2 April setiap tahun, meningkatnya kesadaran kaum ibu untuk beralih ke produk-produk plastik kemasan bebas BPA patut diapresiasi dan agaknya perlu terus didorong, demi kesehatan dan masa depan anak-anak Indonesia.