Studi Menyebut, 88 Persen Ibu milenial Merasakan Tekanan untuk Jadi Ibu Sempurna
- Pixabay
VIVA Showbiz – Menjadi orang tua di era kemajuan teknologi dan informasi ternyata bisa memberikan dampak psikologis tersendiri. Bahkan berdasarkan studi yang dilakukan terhadap 1.000 orang tua, 40 persennya menganggap gambaran ideal mengenai parenting yang tersebar di social media memicu kecemasan mereka. Di tengah fenomena ini, tekanan sebagai orang tua ternyata lebih banyak dirasakan oleh para ibu.
Menurut studi Cornell University, para ibu merasa lebih stres menjalani peran sebagai orang tua dibanding ayah, salah satunya karena selalu ingin menyesuaikan image mereka dengan konsep ibu yang baik. Bahkan, studi lain dari BabyCenter menunjukkan, 80% ibu millennial merasakan tekanan dari sekitar mereka untuk menjadi ibu yang sempurna.
Psikolog Anak dan Keluarga, Samantha Elsener, M.Psi, menjelaskan, kuntuk menjadi sosok yang sempurna dapat menimbulkan beragam dampak negatif seperti mudah cemas, rentan terhadap stres bahkan depresi, selalu merasa ’kurang‘ dalam menjalankan peran sebagai ibu, hingga terjebak dalam mompetition atau mom shaming, yang ternyata dialami oleh 88% ibu millennials dan Gen-Z di Indonesia.
“Bandingin sama yang sepantaran seperti sepupu, keluarga dekat atau teman yang punya baby sama jadi membandingkan. Membandingkan itu tidak apa-apa kita mengacu mildstone. Misalnya anaknya dia sudah merangkak anakku belum kita cari tau apa penyebabnya. Membandingkan waktu 1000 hari pertama penting. Tapi kecemasan dan tekanan buat overthinking itu yang bahaya,” kata dia dalam acara Momen Bounding Zwitsal di FX Senayan Jakarta, Kamis 22 Desember 2022.
Menyikapi hal ini, penting bagi orang tua untuk melepaskan diri dari tekanan lingkungan sekitar dan meyakini, sebetulnya hal terpenting dari perjalanan sebagai orang tua adalah membangun ikatan emosional yang erat dengan anak mereka, yang dapat diciptakan melalui momen-momen bonding yang bermakna.
“Apalagi, ada begitu banyak manfaat dari momen bonding bagi pertumbuhan emosional Si Kecil, seperti membuat anak selalu merasa aman dan tenang, lebih percaya diri mengeksplorasi berbagai hal baru, membentuk rasa percaya pada orang lain, memiliki self-awareness yang baik, merasa dirinya berharga, hingga mampu berempati pada orang lain,” kata Samanta.