Konsumsi Kelor Cegah Si Kecil Jadi Stunting Hingga Hipertensi

Daun Kelor
Sumber :
  • Pixabay/ Svibhandik

VIVA Parenting– Daun kelor sudah dikenal sejak zaman nenek moyang dengan khasiatnya yang tak main-main. Bukan saja baik bagi kebutuhan serat, rupanya daun kelor bermanfaat besar untuk mencegah gizi buruk pada anak hingga menjadi ASI Booster.

Menurut Founder Rumah Kelor, Felix Bram Samora, kelor sudah terbukti mampu mengatasi stunting. Felix yang juga jadi pembicara inspiratif di acara Simposium Pangan Nasional bertajuk "Transformasi Sistem Pangan Tangguh Berbasis Penelitian Pangan Fungsional dan Kearifan Lokal” secara daring, menuturkan sudah meneliti khasiat tersebut di tahun 2013 lalu di Afrika. Scroll untuk simak selengkapnya.

"110 anak di Afrika dibagi 2 kelompok, pertama bubur 10 gram bubuk kelor, kedua bubur saja. 30 hari (diteliti) kelompok 1 dengan tambahan kelor peningkatan berat badan 9 gram/kg/hari. Bubur biasa 5,7 gram/kg/hari," ujarnya dalam acara virtual Indofood, Kamis 27 Oktober 2022.

Selain itu, Felix yang juga menjadi petani kelor, meneliti khasiat kelor sebagai ASI booster. Tak dipungkiri, para ibu menyusui kerap diminta konsumsi sayur, termasuk kelor, untuk menambah cakupan ASI sehingga mencukupi bagi kebutuhan anak.

Ilustrasi menyusui/ASI.

Photo :
  • Freepik/freepik

"(Penelitian) 2014, 73 ibu menyusui kelompok 1 dan 2. Pada kelompok satu kapsul kelor, kedua kapsul kosong, selama 7 hari. Peningkatan produksi ASI yang diberi kapsul kelor dan yang tidak yaitu 116 dan 92, beda dua kali lipat dalam 7 hari saja," kata dia.

Bahkan, Felix telah membuktikan bahwa kelor mampu mencegah penyakit kronis seperti hipetensi atau tekanan darah tinggi. Hal itu dilakukannya pada 20 penderita hipertensi yang diberikan asupan kelor dan menunjukkan tekanan darah yang menurun.

"Penelitian 2018, 20 penderita hipertensi diberi perasan daun kelor. Sebelumnya tekanan darah 140/97. Setelah 30 hari, makan pagi dn sore, menjadi 111/79. Tekanan darah jadi normal," ujarnya.

Kelor pun bisa diteliti lebih lanjut dan diolah menjadi bahan instan seperti tepung, bubuk kelor dan jahe yang dibuat dalam sachet. Bicara soal penelitian, seremoni penandatanganan MoU antara Indofood dengan 64 mahasiswa S1 penerima bantuan dana penelitian dari Program Indofood Riset Nugraha (“IRN”) tahun 2022/2023 serta penganugerahan Penghargaan bagi Peneliti Terbaik Program IRN tahun 2021/2022.

Ilustrasi hipertensi.

Photo :
  • Pixabay/stevepb

Pentingnya transformasi sistem pangan dilatarbelakangi peristiwa penting yang sedang dialami dunia yakni conflict, climate change dan Covid-19 (3C) yang berdampak bagi sistem pangan di seluruh dunia dan telah menyebabkan disrupsi pada setiap sektor kehidupan. Keadaan ini menuntut negara-negara melakukan transformasi sistem pangan yang lebih tangguh, mampu menahan guncangan yang ditimbulkan oleh 3C tersebut.

“Transformasi sistem pangan yang tangguh akan memastikan semua orang memiliki akses terhadap pangan aman dan bergizi, melakukan pergeseran ke pola konsumsi yang sehat dan berkelanjutan. Selain itu, transformasi ini akan mampu meningkatkan produksi yang bersifat positif terhadap alam, memajukan penghidupan yang lebih berkeadilan serta membangun sistem yang lebih tangguh dan mempunyai ketahanan terhadap kerentanan, guncangan dan tekanan yang mungkin terjadi," ujar Ketua Tim Pakar IRN Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, MSc.

Ketua Program IRN dan Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Suaimi Suriady mengatakan, simposium pangan nasional adalah rangkaian Program Indofood Riset Nugraha yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Diharapkan acara ini bisa menjadi forum diskusi dan sharing ide untuk mengatasi
pemasalahan pangan di Indonesia khususnya dan pengembangan sistem pangan yang lebih handal untuk masa depan.