Anak Penderita Katarak Kongenital Umumnya Lahir dari Kehamilan Bermasalah

Anak berkacamata.
Sumber :
  • Pixabay/Publikdomainpictures

VIVA Lifestyle – Anak-anak penderita katarak kongenital umumnya lahir dari kehamilan bermasalah yang sering kali tidak disadari orang tuanya. Saat lahir, bayi-bayi dengan katarak kongenital ini memiliki mata yang diselimuti lapisan putih yang membuatnya tidak bisa melihat dan merespons gerakan di sekitarnya. 

Jika tidak ditangani dengan benar, masalah katarak kongenital pada anak ini akan memengaruhi tumbuh kembang anak yang berlangsung di 1000 hari pertamanya. Scroll untuk simak artikel selengkapnya.

“83 persen dari kemampuan manusia mengolah informasi berasal dari indra penglihatan. Siklus kehidupan manusia sejak lahir sampai lansia memerlukan penglihatan sebagai jendela dunia. Itu sebabnya kita harus menjaga dan memastikan kesehatan indra penglihatan dan mengambil langkah-langkah yang benar untuk mengatasi masalah penglihatan termasuk pada anak-anak,” kata Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M (K). 

Mantan Menteri Kesehatan ini, menyebutkan saat menemukan kondisi kelainan mata pada anak-anak yakni katarak kongenital, orangtua perlu melakukan langkah-langkah medis yang tepat agar indra penglihatan ini bisa diperbaiki.

Gejala awal katarak kongenital pada anak-anak biasanya terlihat pada pupil yang berwarna putih. Penyebabnya antara lain infeksi intra uterin dari ibu hamil ke janin yang merupakan genetik diturunkan dari orang tua, penyakit metabolik pada janin, dan atau kelainan mata lainnya. 

Penyembuhan yang disarankan adalah operasi sedini mungkin begitu anak didapati mengalami katarak kongenital. Teknik operasi katarak kongenital sangat berbeda dengan teknik operasi katarak pada orang dewasa dan jika teknik operasi ini salah dilakukan (melakukan teknik operasi katarak dewasa pada katarak kongenital pada anak) maka hampir bisa dipastikan 100% anak akan kembali buta karena katarak akan muncul kembali. 

Operasi katarak pada anak harus dilakukan segera, jangan terlambat. Setelah operasi bedah, rehabilitasi visual harus dilakukan secepatnya. Kacamata khusus ini harus segera diberikan agar anak dapat melihat lebih jelas dan mencegah amblyopia atau mata malas.

CEO Optik Tunggal, Alexander Kurniawan mengatakan penglihatan adalah indra tubuh yang sangat penting bagi manusia. Bagian tubuh manusia pertama yang mencerna informasi dari sekitar kita adalah mata. Sebuah survei tentang kebutaan1 mengatakan 85% manusia menyatakan bahwa ketakutan terbesar mereka adalah kehilangan indra penglihatan.

“Rehabilitasi visual pada anak yang telah dioperasi katarak sangat penting karena akan memengaruhi tumbuh kembang anak. Itu sebabnya Optik Tunggal menyediakan kacamata dengan lensa khusus yang didesain sesuai anak-anak hingga 10 tahun,” kata dia, dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.

Optik Tunggal pun mengumumkan donasinya berupa 2025 pasang kacamata khusus bagi anak-anak penderita katarak kongenital yang berasal dari keluarga pra-sejahtera. 

Kacamata ini dibuat menggunakan lensa khusus yang dibuat di Jerman oleh perusahaan lensa ternama dunia ZEISS. Ke-2025 kacamata khusus ini diberikan secara gratis kepada anak-anak berusia hingga 10 tahun yang mengalami katarak kongenital sejak lahir. 

Pemberian 2025 kacamata khusus bagi anak-anak penderita katarak kongenital ini merupakan kelanjutan dari pemberian 90 pasang kacamata yang sama pada 2019 lalu.

Lensa yang disiapkan oleh ZEISS di Jerman ini memiliki ketebalan ukuran kacamata plus yang sangat tinggi. Selain ukuran ketebalan, ukuran lensa juga harus mengikuti ukuran khusus setiap anak karena ada parameter optikal yang menjadi pertimbangan. 

“Optik Tunggal sangat ingin membantu anak-anak yang menderita katarak kongenital untuk bisa melihat sekitarnya, memandang orang tua yang mencintai mereka, melihat sekitarnya untuk belajar dan berkembang. Kami ingin melihat lebih banyak anak-anak yang bisa tersenyum melihat dunia, punya kesempatan belajar dan berkembang seperti anak-anak lainnya,” tutur Alex. 

Optik Tunggal mengalokasikan dana sebesar 10-12 juta rupiah untuk pembuatan setiap pasang kacamata khusus ini. Sebanyak 2025 pasang kacamata katarak kongenital akan diberikan kepada anak-anak dari keluarga pra-sejahtera yang membutuhkan. 

Sementara itu salah satu orangtua yang memiliki anak dengan katarak kongenital adalah public figure Asri Welas. Rayyan Gibran Ridha Rahardja atau Ibran (lahir tahun 2017) diketahui memiliki kelainan pada matanya saat masih berusia beberapa bulan. 

“Masih terbayang dengan jelas saat saya dan suami menduga kondisi kelainan mata pada Ibran anak kedua kami. Saat itu Ibran masih berusia lima bulan, dan kami menemukan Ibran tidak merespons gerakan yang ada di depan matanya,” kenang Asri. 

Data anak-anak penderita katarak kongenital di Indonesia sangat terbatas. Sebuah studi oleh Eriskan dari RS Mata Cicendo Bandung (Januari 2017 - Desember 2019) melaporkan 224 kasus katarak, 94.64% adalah kongenital katarak dan 5.36% katarak yang memburuk (developmental cataracts). RS Mata Cicendo adalah rumah sakit pusat rujukan tingkat tiga.