Anak Rentan Tertular COVID-19 saat Mudik, Ini Saran Kemenkes
- Times of India
VIVA – Juru bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid., menyampaikan bahwa momen pulang kampung alias mudik saat lebaran sebaiknya mengutamakan keamanan dan kenyamanan. Hal ini juga difokuskan pada anak-anak, terutama bagi yang belum bisa melakukan vaksin COVID-19.
Pemerintah sudah memperbolehkan mudik dengan adanya riset Sero Survei bahwa antibodi masyarakat sudah tinggi yakni 99,2 persen. Kendati begitu, kelompok anak sendiri patut waspada karena usia 6 tahun ke bawah belum mendapat vaksinasi sehingga perlu memperketat protokol kesehatan.
"Dengan antibodi yang dimiliki masyarakat untuk sampai 99 persen cukup memproteksi. Hanya saja mobilitas yang meningkat, kita harus waspada karena upaya pencegahan lebih baik. Anak-anak bawah 6 tahun pastikan prokes dijalankan, anak juga tidak berdesak-desakan di jalan. Selain tidak nyaman, juga risiko penularan meningkat," kata Nadia dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan RI, Rabu 20 April 2022.
Dipaparkan Nadia, mudik saat ini harus mengedepankan kesehatan lantaran pandemi belum usai. Nadia mengimbau agar para pemudik tak memaksakan diri di perjalanan apabila kondisi tak memungkinkan.
"Kita harus istirahat cukup sebelum mudik. Pastinya tidak paksakan kondisi kita saat lakukan mudik. Kalau lelah, ngantuk, istirahat, jangan minum kopi atau penambah stamina. Jangan memaksakan. Sebanyak 80 juta pemudik, ini risiko kecelakaan jadi concern kita," tuturnya.
Nadia pun menyampaikan bahwa pihaknya tengah menyusun panduan praktis agar mudik sehat dan aman bisa dijalankan di masa pandemi. Senada, Epidemiologi UI Pandu Riono juga menyampaikan agar masyarakat tetap menjalani 3M dan vaksinasi.
Hal itu mengingat adanya mutasi virus corona yang kerap ditemukan. Selain itu, Pandu juga menyampaikan bahwa konsep kekebalan kelompok alias herd immunity tak bisa diaplikasikan pada pandemi COVID-19 ini lantaran infeksi akan rentan dialami kembali. Untuk itu, upaya meminimalisasi gejala berat dan kematian dapat dilakukan melalui vaksinasi lengkap dan booster.
"Kita harus lebih fokus benteng pertahanan pada semua orang. Dulu ada konsep herd immunity. Konsep itu tidak mungkin dipakai karena vaksin tidak cegah penularan, kedua, virus mutasi terus. Salah satu alternatifnya pencegahan primer 3M. Kalau terjadi infeksi, sudah ada pencegahan vaksin agar tidak parah dan terjadi kematian. Pencegahan sekunder dari vaksinasi. Dan itu kita harus fokus ke sana," ujarnya.