Anak Gemuk Bikin Gemas, Tapi Bahaya Diabetes Mengintai

Ilustrasi diabetes pada anak.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Stunting dan obesitas masih menjadi permasalahan kesehatan gizi yang kerap dihadapi anak-anak Indonesia. Dampaknya pun tak main-main, lantaran stunting dan obesitas bisa memicu komplikasi pada penyakit berbahaya.

Menurut WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang mengalami asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat. Beberapa penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa stunting adalah suatu kondisi yang akan sangat mengganggu perkembangan anak, terutama perkembangan kognisi. 

UNICEF mengatakan bahwa stunting akan membuat seseorang mempunyai prestasi pendidikan yang lebih buruk, lebih cenderung putus sekolah atau tidak mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maupun penghasilan/ pendapatan yang lebih rendah sebagai seorang dewasa.  

"Perawakan pendek merupakan salah satu keluhan gangguan pertumbuhan yang sering menjadi alasan seorang anak untuk dibawa ke dokter spesialis anak. Orang tua cemas, mengira anaknya menderita stunting. Tidak banyak yang menjelaskan bahwa stunting hanyalah salah satu dari berbagai penyebab perawakan pendek," ujar dokter spesialis anak konsultan endokrinologi anak, Prof. dr. Madarina Julia, MPH., Ph.D, Sp.A(K) mengatakan, dalam acara virtual bersama MERCK dan BKKBN, baru-baru ini.

Karena berkaitan dengan asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat, anak stunting tentu mempunyai riwayat gizi dan riwayat kesehatan yang kurang baik. Selain itu, anak stunting juga sangat mungkin mengalami gangguan perkembangan. 

Ilustrasi Cek Diabetes di Usia Muda

Photo :
  • U-Report

Sehingga, untuk mendiagnosis stunting, selain tinggi badan yang pendek, anak stunting juga kurus dan mempunyai masalah perkembangan. Untuk dapat mendeteksi dini masalah ini, selain harus dipantau panjang atau tinggi badannya, setiap anak juga harus rutin ditimbang berat badannya, diukur lingkar kepalanya dan dinilai perkembangannya.  

"Apa anak terlalu kurus atau gemuk. Apa lingkar kepala tumbuh dengan baik. Apa dia berkembang sesuai usia," tutur Prof Madarina.

Di sisi lain, kesalahan diagnosa pada stunting justru bisa berakibat berbahaya. Misalnya saja, orangtua cenderung berpikir bahwa anaknya kurus dan pendek yang berarti harus menambah kalori nutrisinya. Padahal, bisa saja penyebab kondisi itu akibat genetik atau penyakit yang harus segera diatasi sesuai konsultasi dengan dokter.

Anak obesitas 

"Kalau salah diagnosis dan beri tambahan makanan pada anak yang tidak stunting, makin banyak anak obesitas. Jumlah anak gemuk dan obesitas terus meningkat dan itu terlihat dari data Riskesdas terutama di perkotaan. Hampir 1 dari 4 anak, sekitar 20 persen lebih besar di kota besar. Obesitas tidak sehat karena jadi faktor risiko diabetes, serangan jantung dan kanker," tuturnya.

Stunting harus dapat dideteksi dan mendapatkan penanganan dini sehingga perkembangan otak pada 1.000 hari pertama kehidupan tidak terganggu. Namun, kesalahan penanganan stunting, seperti memberikan tambahan susu atau makanan tinggi kalori kepada anak yang tidak memerlukan, bisa sangat merugikan. Anak akan menjadi individu obesitas yang berisiko mengalami diabetes mellitus dan berbagai penyakit tidak menular di kemudian hari. 

"Upaya pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala penting untuk diterapkan oleh semua orang tua. Kemajuan teknologi telah memungkinkan orang tua untuk bisa memantau tumbuh kembang anak melalui aplikasi tumbuh kembang. Deteksi dini stunting maupun perawakan pendek lainnya sangat penting. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, tumbuh kembang anak dapat kembali optimal,” ujar Prof. Madarina.

Ilustrasi anak obesitas.

Photo :
  • U-Report

Presiden Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin mengatakan bahwa masyarakat khususnya orang tua harus memahami deteksi dini stunting dan perbedaannya dengan gangguan pertumbuhan pada anak. Merck memahami bahwa minimnya informasi terkait penyakit ini menjadi kebutuhan bagi masyarakat khususnya orangtua yang membutuhkan. 

Untuk itu, melalui pengenalan Kartu Kembang Anak (KKA) Online dalam bentuk aplikasi dari BKKBN, masyarakat diharapkan juga dapat lebih memperhatikan siklus tumbuh kembang anak agar tidak terjadi miskonsepsi perihal stunting dengan perawakan pendek.

"Kami berharap melalui rangkaian program edukasi ini, para tenaga kesehatan, kader dan orang tua dapat lebih memahami tentang pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak sebagai upaya untuk pencegahan stunting serta juga dapat lebih memahami dan mendeteksi gejala growth hormone deficiency (GHD) sedini mungkin sehingga dapat menentukan pengobatan ataupun terapi yang sesuai," katanya.