Endoskopi Tak Bisa Dilakukan Jika Kondisi Anak Seperti Ini

Ilustrasi bayi/anak/anak tidur.
Sumber :
  • Freepik/javi_indy

VIVA – Teknik atau prosedur endoskopi memang bisa membantu mendiagnosis banyak keluhan atau kondisi medis tertentu. Mulai dari anak yang menelan benda-benda asing, muntah terus-menerus hingga mengalami perdarahan di saluran cerna.

Namun, orangtua tetap harus berhati-hati jika memutuskan ingin melakukan tindakan endoscopy atau endoskopi pada anak. Sebab, ada kondisi tertentu anak yang tidak boleh dilakukan endoskopi.

Spesialis anak, Dr. dr. Ariani Dwi Widodo, Sp.A(K), mengatakan, kondisi umum anak yang sedang tidak stabil, tidak memperbolehkan anak untuk dilakukan endoskopi.

"Tapi tergantung, kadang-kadang keadaannya tidak stabil karena perdarahan berat dari saluran cerna. Yang seperti itu justru kita lakukan (endoskopi), supaya kita bisa hentikan perdarahannya segera," ujarnya saat peluncuran Bunda Endoscopy Center dari RSIA Bunda, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Pada umumnya, menurut Ariani, semua kondisi anak bisa dilakukan endoskopi, asal sesuai indikasi dan keadaan umum anak dalam keadaan stabil.

Lebih lanjut, Ariani menjelaskan, tindakan ini relatif aman, tepatnya lebih tidak invasif dibandingkan tindakan operasi.

"Contohnya, kalau diagnostik yang tidak melakukan intervensi, itu kita lakukan paling hanya 5 menit udah selesai. Paling lama 10 menit. Karena kita melihat kadang-kadang orang berpikir tindakan besar, sebetulnya tidak. Tindakannya sangat ringan dan tidak melukai. Kecuali kalau kita perlu melakukan biopsi," kata dia.

Menurut Ariani, justru tujuan dari melakukan prosedur endoskopi adalah untuk mendiagnosis kondisi medis tertentu.

"Jadi kalau ada bagian yang mencurigakan, kita cubit kecil 1 milimeter, terus nanti dilihat di bawah miskroskop, apa yang terjadi. Apakah alergi, kuman, apakah peradangan yang hebat. Itu bisa kita lihat," pungkas dr. Ariani Dwi Widodo.