#TanyaDokter: Lebih Baik Khitan Saat Masih Bayi Atau Setelah Dewasa?

Ilustrasi bayi menangis.
Sumber :
  • Pixabay/ joffi

VIVA – Rubrik #TanyaDokter di laman VIVA.co.id kembali menghadirkan narasumber spesialis dokter anak. Ayah dan bunda bisa menanyakan beragam hal terkait kesehatan buah hati.

Baru-baru ini, pembaca VIVA menanyakan masalah terkait khitan. Yuk simak pertanyaan dan jawabannya.

"Lebih baik khitan anak saat masih bayi atau setelah dewasa, secara medis?"

Mengenai hal ini, Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr. Robert Soetandio, Sp.A, M.Si.Med menjelaskannya. 

Menurutnya, sunat, khitan, atau sirkumsisi, adalah tindakan yang memotong ujung atau menghilangkan sebagian kulit kepala penis pria. Anak disunat atau tidak, umumnya merupakan suatu tradisi yang dipengaruhi oleh kepercayaan agama dan budaya keluarga. 

"Manfaat khitan mengurangi timbulnya infeksi saluran kencing (ISK) pada pria. Anak usia 1 tahun ke bawah dengan masalah fimosis (kulup penis tidak bisa ditarik ke belakang sampai terlihat “kepala” atau glans penis) patologis yang tidak disunat, ketika dewasa nanti akan lebih rentan 10 kali terkena infeksi saluran kencing dibanding anak yang disunat," jelas dr Robert.

dr Robert juga menjelaskan, khitan anak saat masih bayi dapat menurunkan risiko kanker penis, meskipun sebetulnya penyakit ini jarang terjadi pada yang disunat maupun tidak. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa khitan berpengaruh terhadap ketahanan dari penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS. 

"Anak yang dikhitan juga lebih bebas dari masalah penis, seperti peradangan, infeksi, atau iritasi yang sering terjadi pada anak yang tidak disunat."

Khitan/sirkumsisi juga merupakan salah satu proses yang lebih mudah untuk menjaga penis lebih bersih, walaupun anak yang tidak disunat juga dapat belajar bagaimana membersihkan bagian kulup bawah penis ketika dewasa nanti.

Waktu Tepat Sunat
Sebetulnya, khitan dapat dilakukan kapan saja tergantung kesiapan dari orang tua dan anak. Tetapi, ada beberapa risiko yang mungkin akan dialami anak jika ia baru disunat di usia yang sudah lebih dewasa, seperti perlunya beberapa jahitan pada kulit penis dan adanya risiko perdarahan ketika sunat.

Menurut Integral Medical Center di London, waktu yang tepat bagi anak laki-laki untuk khitan berkisar usia 7-14 hari. Begitupun dengan beberapa agama dan budaya yang menjalankan titah sunat/sirkumsisi sebagai kewajiban. 

Alasan yang membuat para ahli medis menyarankan anak disunat pada usia bayi, karena bayi yang baru lahir sekitar usia satu minggu, darah yang keluar saat proses khitan masih sedikit. Selain itu, saat masih bayi, pembentukan sel-sel dan jaringan sedang tumbuh dengan pesat. Lagipula, rasa sakit yang dirasakan juga belum terlalu berat. 

"Pada usia bayi, risiko trauma oleh proses khitan juga tidak akan berpengaruh ke depannya bagi anak."

Sirkumsisi anak laki-laki saat masih bayi juga tidak dapat sembarang dilakukan. Kondisi bayi harus sehat, dan kondisi organ vitalnya harus dalam keadaan yang stabil. Biasanya dokter jarang melakukan khitan untuk bayi di bawah lima tahun untuk alasan medis. 

Tetapi, jika ada kondisi tertentu seperti infeksi pada kulit kulup (balanitis), fimosis abnormal, atau terdapat jaringan parut pada kulup penis bayi, barulah bayi disarankan menjalani tindakan sirkumsisi. 

Tidak semua fimosis perlu disunat. 96 persen bayi laki-laki baru lahir memang mengalami fimosis yang fisiologis atau normal. Fimosis fisiologis ini seiring waktu akan makin mudah ditarik kebelakang. Hanya fimosis yang patologis atau abnormal (ketika kulup ditarik, terbentuklah ujung yang sempit menyerupai kerucut serta tampak putih dengan jaringan fibrotik) yang perlu dikhitan. 

Photo :
  • Dokumentasi RSPI

Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah – Bintaro Jayadr. Robert Soetandio, Sp.A, M.Si.Med