Tak Hanya Kesehatan, Ini Rangkaian Efek Buruk COVID-19 Pada Anak
- Pexels/ketut subiyanto
VIVA – Angka kasus COVID-19 anak di Indonesia diketahui cukup tinggi, tercatat 11,5 persen kasus COVID-19 terjadi pada anak dari total populasi di Indonesia. Dari angka itu diketahui jumlah kasus COVID-19 pada anak paling banyak tercatat ada pada rentang usia 5-18 tahun, yakni sebesar 8,8 persen sedangkan kelompok usia 0-5 tahun tercatat kasus positif COVID-19 sebanyak 2,7 persen.
Hal tersebut disampaikan oleh Spesialis Anak, dr. Citra Cesilia, Sp.A dalam acara VIVA Talk, Selasa 22 Desember 2020. Citra mengatakan, angka kasus tinggi pada rentang usia 5-18 tahun ini karena mobilitas anak di usia itu yang lebih banyak dibanding usia 0-5 tahun.
"Lihat ini kalau sekolah dibuka lagi, kalau tidak dididik oleh orang tua tentang penting protokol kesehatan si anak ini bisa jadi carrier. Jangan anggap COVID-19 pada anak itu ringan, jangan pandang seperti itu, karena tidak ada yang tidak berisiko terkena. Bahkan bayi di rumah saja bisa berisiko terkena dari kita orang tua yang keluar rumah bekerja namun tidak menerapkan protokol kesehatan yang benar ketika pulang," kata dia.
Citra melanjutkan, COVID-19 pada anak bukan hanya berdampak pada sisi kesehatannya saja, dalam hal ini anak hanya akan terpapar virus tersebut. Melainkan juga ditakutkan munculnya wabah baru karena cakupan vaksinasi yang menurun.
"Cakupan vaksinasi selama pandemi ini menurun karena orang tua takut membawa anak ke fasilitas kesehatan karena takut tertular. Ditakutkan muncul penyakit baru yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi," jelas dia.
Selain itu, juga dampak lain yang bisa ditimbulkan dari pandemi COVID-19 pada anak adalah menurunnya makanan bernutrisi untuk anak salah satunya lantaran kemampuan ekonomi keluarga yang menurun karena orang tua mereka di PHK atau meninggal karena COVID-19.
"Akibatnya mereka tidak bisa menyediakan nutrisi yang seimbang, ini bisa berakibat pada stunting. Stunting bukan hanya soal tinggi badan tapi ada aspek kognitif yang perlu diperhatikan," jelas dia.
Selain itu, dampak terakhir dari pandemi COVID-19 pada anak juga adanya gangguan psikososial yang mengganggu tumbuh kembang anak lantaran kurangnya interaksi.
"Tidak setiap orangtua bisa menstimulasi anak di rumah," jelas dia.