Waspada Mom, Kematian Anak karena COVID-19 di Indonesia Tinggi

Ilustrasi orangtua dan anak
Sumber :
  • Pixabay/ParentiPacek

VIVA – Pakar Kesehatan Anak RSUD dr Soetomo Surabaya, Leny Kartina, menyebutkan angka kematian anak karena virus corona atau COVID-19 di Indonesia mencapai 1,1 persen, lebih tinggi dari negara-negara lain di angka 0,1-0,2 persen. Diperlukan peran banyak pihak untuk menyadarkan masyarakat tentang itu, termasuk para pengajar PAUD. 

"Jadi, di Indonesia itu angkanya lebih tinggi. Ini yang patut diwaspadai. Bunda-bunda PAUD ini memiliki peran yang sangat penting untuk memberikan pemahaman pada masyarakat,” kata Leny saat menjadi pemateri pada pendampingan PAUD di Kota Surabaya yang diselenggarakan Unair-Unicef secara daring pada Sabtu, 3 Oktober 2020.

Anak-anak yang terkonfirmasi positif COVID-19 kebanyakan tertular dari lingkungan keluarga, yaitu orang tua atau saudara yang tinggal satu rumah. Para orang tua kadang tidak menyadari karena gejala COVID-19 kebanyakan tidak tampak pada anak. Anak-anak yang terpapar COVID-19 kebanyakan tanpa gejala, memiliki gejala ringan, dan sedang. 

Baca juga: Imbauan WHO, Masker Efektif Cegah Penularan dan Kematian COVID-19

"Dari 2.143 anak yang konfirmasi positif dan dilakukan pemeriksaan dalam sebuah penelitian berskala besar menunjukkan, 90 persen di antaranya mempunyai gejala asimtomatis (tidak memberikan gejalan kinis apapun), gejala ringan dan sedang," ujar Leny. 

Karena ringannya gejala itulah kewaspadaan harus ditingkatkan. "Nah, bunda-bunda PAUD yang harus mengenali gejala pada anak-anak yang lebih bervariatif, bias gejala saluran napas, demam ada diare. Ada juga yang memiliki gejala tidak dijumpai pada orang dewasa, yaitu gejala menyerupai penyakit Kawasaki,” tutur Leny.

Gejala penyakit Kawasaki, menurut Leny, di antaranya kulit anak muncul bercak-bercak merah, bibir pecah-pecah, mata merah, hingga kulit ujung jari yang melepuh. Ini yang harus diwaspadai.

"Anak balita yang positif Covid-19 juga bias menularkan kepada orang lain melalui feses, urin, saliva. Jadi jangan lupa untuk mencuci tangan sebelum dan setelah mengganti popok bayi,” ujarnya.

Dosen Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Surabaya, Atoillah Isfandiari, mengingatkan kembali para pengajar PAUD agar lebih menekankan pentingnya penggunaan masker yang benar dan tepat.

“Masker medis itu yang paling tepat digunakan. Bukan masker kain. Saya tidak perlu mengajari lagi bunda-bunda PAUD tentang bagaimana cara mengajari anak-anak agar disiplin menggunakan masker yang baik dan benar," katanya.