Ingat! Kental Manis Bukan Susu Tapi Topping

Kental manis.
Sumber :
  • Pinterest/Kelli Foster

VIVA – Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Aisyiyah dan PP Muslimat NU, melanjutkan penelitian mengenai persepsi masyarakat tentang kental manis dan kaitannya dengan gizi buruk. 

Penelitian dilakukan di DKI Jakarta, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor, dilaksanakan oleh PP Aisyiyah. Sementara untuk daerah Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Kupang dan Ambon dilaksanakan oleh PP Muslimat NU. Total, sebanyak 2.060 ibu dengan balita usia di bawah 5 tahun, menjadi responden dalam penelitian ini.

Sebelumnya, pada 2019, YAICI bersama PP Aisyiyah, juga telah melakukan penelitian yang sama dengan melibatkan responden di Provinsi Aceh, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Utara. 

Baca juga: Kabar Baik, Pandemi COVID-19 Bakal Punah Sendiri

Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan pada Oktober 2019 tersebut, bahwa iklan produk pangan pada media massa khususnya televisi, sangat memengaruhi keputusan orangtua terhadap pemberian asupan gizi untuk anak.

“Sebanyak 37 persen responden beranggapan bahwa kental manis adalah susu, bukan topping. Dan 73 persen responden mengetahui informasi kental manis sebagai susu dari iklan televisi. Betapa televisi menjadi konsumsi harian masyarakat yang berpengaruh terhadap pembentukan persepsi," ujarnya lewat rilis yang diterima VIVA, Kamis 24 September 2020. 

Pengaruh iklan

Dia menambahkan, "Iklan sebagai promosi produk yang ditayangkan berulang yang akhirnya akan memengaruhi persepsi masyarakat terhadap produk yang diiklankan. Salah satu contohnya adalah kental manis. Selama ini diiklankan sebagai susu, maka hingga hari ini masih ada masyarakat yang mengonsumsi kental manis sebagai susu, meskipun BPOM telah melarang.”. 

Baca juga: Gigi Hadid Lahirkan Bayi Perempuan, Zayn Malik Tulis Pesan Menyentuh

Sementara pada 2018, YAICI juga telah melakukan penelitian dengan topik yang sama, dengan bekerja sama dengan Yayasan Peduli Negeri dan Universitas Haluoleo untuk di wilayah Kendari dan dengan Stikes Ibnu Sina di Batam. Hasilnya pun tak jauh berbeda.

"Survei yang dilakukan terhadap 400 ibu di Kelurahan Mandonga, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari. Dan 300 ibu di Kelurahan Sagulung Kota, Kecamatan Sagulung, Kota Batam, menunjukan sebanyak 97 persen ibu di Kendari dan 78 persen ibu di Batam, memiliki persepsi bahwa kental manis adalah susu yang bisa dikonsumsi layaknya minuman susu untuk anak," tuturnya. 

Lebih lanjut, Arif mengatakan survei dilakukan terhadap para ibu, mengingat ibu memiliki peran dalam asupan pangan anak dan keluarga. Tingkat pengetahuan dan kesadaran ibu sangat menentukan dalam pemilihan jenis pangan anak dan keluarga. "Pengetahuan ibu, serta paparan informasi terhadap ibu sangat memengaruhi persepsi ibu tentang asupan gizi keluarga," kata Arif. 

Selanjutnya, hasil penelitian akan menjadi materi yang disampaikan kepada pemerintah, baik DPR, BPOM, Kementerian Kesehatan, serta produsen agar ikut serta bertanggung jawab mengedukasi masyarakat.

"Hasil survei yang kami lakukan ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pihak terkait, terutama BPOM untuk dapat meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan aturan mengenai label dan promosi kental manis oleh produsen," tutur Arif Hidayat.