Ini Bahayanya Kalau Anak Ogah Makan Sayur

Ilustrasi pola makan anak
Sumber :
  • Pixabay/heikeschuchert

VIVA – Mengonsumsi makanan bukan sekadar urusan rasa dan selera. Lebih dari itu, Anda juga harus memperhatikan keseimbangan gizi yang terkandung di dalamnya. Karena, makan-makanan yang baik bisa memberi nutrisi bagi tubuh dan pikiran.

“Memang sebenarnya kalau makanan itu pertama adalah enak, sebergizi apapun makanan kalau enggak enak ya enggak bisa dimakan. Setelah enak kita berharap makanan yang masuk ini bisa membangun tubuh menjadi lengkap strukturnya. Jadi banyak komponen, yang terpenting interaksi dari komponen makanan itu,” kata Ahli Gizi Klinik, Kebugaran dan Olahraga, Rita Ramayulis DCN,Mkes dalam acara Berbagi Cita Rasa Bersama Masako di Beranda Kitchen Kebayoran, Jakarta Selatan, Rabu 24 Juli 2019.

Dia melanjutkan, untuk anak-anak, pemberian makanan harus meliputi lima komponen. Mulai dari protein hewani dan nabati, karbohidrat, sayur, dan buah-buahan.

“Kalau orang dewasa, boleh satu (protein) hewani atau nabati, kalau pada anak harus dua-duanya,” lanjut dia.

Dia melanjutkan, yang juga harus diperhatikan orang tua saat memberikan makanan kepada anak adalah porsi sayuran. Konsumsi sayuran, kata Rita, menjadi penting untuk mencegah masuknya radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas menjadi salah satu sumber dari beberapa penyakit berbahaya.

“Kalau enggak ada (sayur) bisa jadi radikal bebas, karena akan menghasilkan karbon monoksida. Yang bisa menghindarkan itu adalah vitamin, mineral, serat yang ada pada sayuran. Sehingga sayur harus masuk dalam piring,” kata dia melanjutkan.

Soal porsi sayur, jika anak memang tidak terlalu suka bisa disiasati dengan menambahkan sayur pada makanan tertentu. Misalnya, telur dadar yang menjadi salah satu makanan kesukaan anak-anak. Kemudian orang tua juga harus memenuhi kebutuhan buah-buahan harian untuk anak. (ldp)