5 Mitos Tentang Mengompol yang Berbahaya Bagi Anak
- pixabay/Ajale
VIVA – Balita mengompol adalah hal yang biasa. Seiring berjalannya waktu kebiasaan tersebut akan terhenti secara alami saat beranjak dewasa, dan anak-anak mulai mampu mengendalikan reflek berkemih.
Namun apa jadinya jika kebiasaan mengompol ini berlanjut hingga dewasa? Tentu saja ada permasalahan medis yang harus diperiksa lebih lanjut. Sayangnya banyak masyarakat yang menganggap hal itu hanya soal kebiasaan yang belum hilang.
Padahal, secara umum ada beberapa sebab yang membuat anak-anak masih mengompol. Dilansir dari laman Health24, seorang mengompol bisa diakibatkan keterlambatan perkembangan refleks kandung kemih, perkembangan kandung kemih yang lambat, hingga infeksi saluran kemih.
Yang penting dipahami lagi, banyak mitos yang harus ditepis soal mengompol. Berikut adalah mitos paling umum tentang ngompol:
1. Anak-anak mengompol karena tidak terlatih buang air di toilet
Mengompol bukanlah tanda bahwa anak tidak dilatih untuk buang air di toilet. Seorang anak mungkin bisa mengendalikan kandung kemihnya di siang hari tetapi tetap mengompol di malam hari.
2. Mengompol harus menunggu dan tidak memerlukan perawatan
Banyak orangtua berasumsi bahwa anak-anak mereka hanya mengompol karena mereka belum memiliki kendali penuh atas kandung kemihnya. Nanti ketika anak-anak tumbuh dewasa, kebiasaan tersebut akan berhenti dengan sendirinya. Meskipun ini sering terjadi, namun hal itu tidak selalu benar.
Menurut penelitian yang dilakukan University of Bristol, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anak-anak usia lanjutan masih mengompol. Kemungkinan masalah medis seperti kandung kemih atau infeksi saluran kemih bisa saja terjadi.
Studi ini juga menyebutkan bahwa banyak orangtua tidak terlalu menganggap serius sehingga memengaruhi kualitas hidup anak.
3. Anak-anak yang mengompol hanya malas
Menurut ERIC Children's Bladder and Bowel Charity, pandangan ini mungkin sangat berbahaya bagi kesejahteraan anak. Anak-anak tidak sengaja mengompol dan mungkin merasa malu jika orangtua memilih untuk menghukum mereka karena hal itu. Karena itu penting untuk meyakinkan anak bahwa itu bukan kesalahan mereka, dan untuk mengesampingkan dan mempertimbangkan kemungkinan penyebab yang mendasarinya.
4. Mengompol selalu dikaitkan dengan stres emosional
Meski stres emosional dapat dikaitkan dengan mengompol pada anak-anak, ini tidaklah tepat, menurut dokter anak Dr Alanna Levine, hal ini lebih mungkin terjadi karena keterlambatan perkembangan kandung kemih.
5. Anak Anda membutuhkan obat untuk mengompol
Meskipun ada beberapa kasus di mana obat-obatan diresepkan untuk mengompol, itu harus selalu menjadi pilihan terakhir. Jika Anda berpikir kondisi mengompol pada anak dapat disebabkan oleh kondisi medis yang mendasarinya, penting untuk mengunjungi dokter. (ldp)