Mengapa Kasus Eksploitasi Seksual Anak Sulit Diungkap?

Poster anti-kekerasan terhadap anak.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Kasus eksploitasi seksual komersial anak masih menghantui banyak anak dari berbagai daerah di Indonesia. Data dari UNICEF memperkirakan ada 40.000 hingga 70.000 anak menjadi korban eksploitasi seks dan sekitar 100.000 anak diperdagangkan tiap tahun.

Namun, menurut Thrive Program Manager dari Yayasan Plan Internasional Indonesia, James Ballo, data tersebut baru menyentuh di permukaan. Ia mengungkapkan, masih banyak kasus eksploitasi dan kekerasan anak yang sulit untuk terungkap. Lalu, apa yang menjadi penyebab kasus eksploitasi seksual anak sulit terungkap?

"Salah satunya karena masyarakat sulit kenali bahwa itu isu eksploitasi anak, dan memang di tahun 2015 dan 2016 itu jumlahnya juga meningkat," ungkap James, saat ditemui di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Jumat 14 Desember 2018.

Di samping itu, kapasitas masyarakat dalam mencegah termasuk dan juga keberanian mengindetifikasi serta melaporkan masih minim. Selain juga kapasitas perlindungan anak di suatu wilayah yang memang terbatas.

"Biasanya juga kekerasan seksual buat masyarakat dianggap aib, karena aib mereka tak mau diungkap. Selain aib, ada juga yang memang menganggap tabu di masyarakat. Di Jakarta yang relatif terbuka saja masih menganggap tabu kekerasan seksual ini," James menambahkan.

Kemudian, kasus eksploitasi seksual pada anak ini juga kerap kali berkaitan dengan sejumlah isu, mulai dari ekonomi dan juga perkawinan anak. Seperti misalnya kasus di Lombok yang dicontohkan oleh James.

"Banyak anak yang menikah di usia anak, kemudian bercerai, tidak bisa mencari penghidupan, akhirnya mereka menjadi sasaran korban eksploitasi seksual anak," ungkap James.

Sebab itu, penting untuk mengedukasi masyarakat, agar lebih paham dan terbuka terhadap isu ini. Dengan demikian masyarakat juga bisa berperan aktif dalam menekan angka eksploitasi seksual anak. (art)