Upaya Tampilkan Asian Games Ramah Anak

Semarak Menyambut Obor Asian Games 2018
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Peristiwa olahraga berskala internasional seperti Asian Games bisa dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan seks anak. Jumlahnya juga bisa meningkat ketika event ini berlangsung dan banyak wisatawan yang datang berpotensi menjadi pelaku kejahatan seks anak.

Seperti saat World Cup di Brasil yang banyak menyebarkan prostitusi anak di sekitar stadion bola. Untuk melancarkan aksinya, banyak anak yang dimanipulasi secara usia agar bisa diperdagangkan secara bebas.

"Ada muncikari yang mengorganisir mereka agar ada di sekitar stadion bola. Dengan acara yang sama, di Jepang angka prostitusi anak meningkat tiga kali lipat dengan memanipulasi anak juga," ujar Koordinator ECPAT Indonesia, Ahmad Sofian, kepada VIVA di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis 16 Agustus 2018.

Dikatakan Sofian, permintaan yang tinggi terhadap prostitusi anak, menjadi alasan para muncikari memanipulasi usia anak. Permintaan tersebut biasanya datang dari banyaknya penonton dan suporter yang hadir ke acara besar di suatu negara.

"Kehadiran para penonton dan suporter memberi potensi bagi muncikari yang berbisnis seks termasuk yang menjajakan seks anak," kata dia.

Sofian menjelaskan, tak menutup kemungkinan acara Asian Games menjadi wadah eksploitasi seksual terhadap anak. Besarnya penggunaan media sosial, menjadi peluang untuk menjadi tempat perdagangan anak.

"Harus ada ruang media sosial khusus dari pemerintah untuk pengaduan. Banner besar dengan pesan larangan adanya kekerasan seksual pada anak dengan berbagai bahasa yang dipajang di bandara, bisa memberi kesan Asian Games ramah anak," ujar dia.