Gara-gara Dijual Batangan, Jumlah Perokok Anak Makin Melonjak
- Pixabay
VIVA – Kian hari, jumlah perokok anak di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Menurut studi terbaru dari Center for Indonesia Strategic Development Initiatives (CISDI), prevalensi perokok anak dan remaja Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dan tumbuh dengan pesat.
Di tingkat Asia Pasifik sendiri, perokok usia 13-15 tahun di Indonesia menempati peringkat pertama, yang kemudian disusul oleh Malaysia, kemudian Filipina. Dalam studi tersebut menyebutkan, 2 dari 3 atau sekitar 65 persen pria dewasa (usia 15 tahun ke atas) di Indonesia adalah perokok. Ini merupakan prevalensi perokok dewasa tertinggi di dunia.
"1 dari 5 anak dan remaja Indonesia dikategorikan sebagai perokok dan merupakan proporsi perokok muda terbesar di Kawasan Asia Pasifik," ungkap Yurdhina Meilisa, salah satu peneliti dari CISDI, saat pemaparan di Hotel Morissey, Jakarta Pusat, Kamis 9 Agustus 2018.
Ia juga menjelaskan, bahwa tingkat merokok di kalangan anak di usia 10-14 meningkat dengan sangat cepat. Tingkat perokok pada tahun 2013 dua belas kali lebih tinggi dibanding tahun 1995. Menurutnya, harga rokok saat ini begitu murah, sehingga sangat bisa terjangkau bagi anak.
"Rokok di Indonesia dijual secara batangan oleh pedagang kaki lima dan sebagian toko, sehingga semakin mudah dijangkau oleh anak dan remaja," kata dia.
Tingginya konsumsi rokok terutama pada keluarga miskin, remaja dan kelompok usia produktif, lanjut dia, meningkatkan peluang malnutrisi pada anak, penurunan produktivitas kelompok usia muda, dan beban penyakit pada usia produktif.
"Ini menjadi ancaman bagi upaya memaksimalkan bonus demografi dan mencapai seluruh tujuan pembangunan berkelanjutan," kata dia.