6 Kebiasaan Orangtua yang 'Melukai' Anak, Misalnya Bergosip

Ilustrasi anak indigo.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Anak adalah peniru ulung. Otaknya merekam apa yang ia lihat sehari-hari, termasuk kebiasaan-kebiasaan orangtua. Karenanya ia memposisikan orangtua sebagai role model. Perilaku yang dicontohkan oleh orangtua, itulah yang akan diwarisi anak.

Cara paling ampuh untuk mengajari anak kebiasaan baik bukanlah dengan memberi hukuman atau pun penghargaan, tapi dengan memberi teladan positif dan berperilaku baik.

Sayangnya, orangtua masih memiliki kebiasaan-kebiasaan yang perlu diubah. Tidak apa-apa. Bukan berarti Anda adalah orangtua yang buruk. Anda bisa melakukan perubahan seiring memberi contoh pada anak. Sebelumnya, tentu perlu tahu terlebih dahulu, kebiasaan buruknya apa saja? Berikut ini kebiasaan-kebiasaan buruk itu seperti dilansir laman WebMD.

1. Terlalu sering mengkritik diri sendiri

Komentar negatif tentang berat badan, dan ujaran-ujaran yang mengacu pada ketidakpuasan terhadap diri Anda sendiri, jika didengar anak dapat melatihnya membangun konsep diri yang negatif. Mereka bisa saja melihat ke cermin, tentang bagaimana bayangan tubuhnya, kemudian menemukan suatu kekurangan dan memiliki citra yang buruk.

Sebaliknya, upayakan untuk menunjukkan sikap diri yang positif. Seperti ucapan penuh syukur karena memiliki tubuh yang sehat, merasa lebih baik ketika berolahraga, makan makanan sehat dan cukup tidur. Ini adalah pelajaran perilaku dari orangtua yang ingin anak-anak ingat.

2. Makan karena dorongan emosi
Ada sebagian orang yang menganut emotional eating. Saat merasa sedih atau kecewa, mereka akan meraih makanan tertentu dan melahapnya. Menurut ahli, pola makan ini bisa memicu obesitas, lho. Hal ini tentu tidak Anda inginkan terjadi pada anak.

Carilah cara lain untuk menyelamatkan suasana hati yang buruk. Misalnya, berbicara pada pasangan, berjalan-jalan, dan biarkan anak melihat upaya Anda itu.

3. Terlalu banyak mengirim pesan dan menelepon
Anda melarang anak menatap layar gadget di meja makan, tapi Anda sendiri melakukannya. Tentu ini pesan yang tidak efektif. Terkait dengan penggunaan gadget, bukan berarti harus dimusuhi, kok. Hanya saja perlu ditetapkan aturan keluarga tentang itu, dan setiap anggota harus mematuhinya, termasuk orangtua.

4. Mabuk ketika menghadapi masalah
Seberat apa pun masalahnya, minum minuman beralkohol bukan cara baik untuk menenangkan diri. Dan ini berlaku juga untuk kopi dan soda.

Temukan cara yang lebih sehat untuk menghilangkan stres atau mendapatkan energi. Cobalah olahraga, meditasi, atau menjalankan hobi yang melibatkan seluruh keluarga untuk mendapatkan perasaan yang lebih baik.

5. Membuat segala sesuatu menjadi kompetisi
Misalnya, Anda membandingkan anak dengan teman sekelasnya yang lebih pintar, lebih atletis, dan lebih lainnya. Ini akan melukai kepercayaan diri anak dan menghancurkan perasaannya.

Pujilah anak karena dia melakukan yang terbaik. Bantu dia fokus pada kesenangannya dan bagaimana melatih potensinya agar terus berkembang.

6. Bergosip
Membicarakan tentang kehidupan orang lain adalah tanda harga diri yang buruk. Tanyakan pada diri Anda sendiri, apa manfaatnya dari aktivitas bergosip yang Anda lakukan dengan teman-teman arisan. Jangan-jangan hal ini sulit dihentikan karena memang sudah kebiasaan.

Hal yang sama juga berlaku untuk banyak acara tivi, majalah, dan konten gosip lainnya. Sebagai gantinya, coba matikan televisi, letakkan, majalah, dan perlihatkan pada anak-anak bagaimana cara Anda melepas lelah dan membangkitkan energi dengan cara yang sehat. Misalnya, bersepeda, jalan-jalan di taman, atau memberi santunan pada orang yang membutuhkan.