5 Saran dan Larangan Beri Makanan Pendamping ASI pada Bayi

Ilustrasi bayi makan makanan pendamping ASI
Sumber :
  • pixabay/Advisor

VIVA – Anda calon ibu baru yang sedang mempersiapkan segala sesuatu menyambut kelahiran buah hati? Atau Anda ibu baru yang si kecil sebentar lagi akan lulus ASI eksklusif 6 bulan?

Tentunya setelah usia 6 bulan, adalah masa di mana anak perlu mulai dikenalkan dengan makanan padat. Tapi bukan berarti padat yang solid banget. Bertahap, dari yang setengah padat bertekstur lunak, sampai yang agak keras. Biasanya ini disebut sebagai MPASI alias makanan pendamping ASI.

Ingat, ya, makanan pendamping ASI, bukan pengganti ASI. Jadi bayi setelah 6 bulan, harus terus diberikan ASI sampai dua tahun, dan ditambah makanan pendamping. Nah, kalau Anda ibu baru pasti bertanya-tanya, MPASI yang baik dan tepat untuk gigitan pertama bayi itu yang bagaimana, sih?

Beberapa waktu lalu VIVA sempat berbincang-bincang dengan praktisi kesehatan dr. Nurlely Bethesda. Menurut dr. Beth, panggilan akrabnya, fase pengenalan MPASI itu juga sekaligus saat yang tepat bagi orangtua mengenalkan beragam rasa makanan yang alami, tanpa tambahan bumbu.

"Misalnya begini, anak tahu rasa manis memang karena rasa mangga itu manis. Bukan karena mangga dicocolin gula. Begitu juga rasa asin. Anak bisa dikenalkan rasa asin itu dari keju," katanya.

Yang perlu diperhatikan juga, orangtua perlu menghindari sikap yang mencontohkan anak untuk cenderung pilih-pilih makanan (picky eater). Kata dr. Beth, picky eater itu bisa jadi akar dari stunting (anak tumbuh tinggi tidak sesuai usianya).

Selanjutnya, berikut ini saran dan larangan dalam pemberian MPASI anak, dikutip dari laman Parenting.

1. Sebaiknya hindari jenis makanan seperti bubur dari nasi putih, tapi pilih buah-buahan, misalnya alpukat, pisang, ubi jalar yang dimasak sampai lunak. Sereal dari gandum juga bisa menjadi pilihan. Untuk mengencerkannya, campur sereal dengan ASI atau susu formula.

2. Akhiri setiap makan segera setelah bayi menunjukkan sikap bosan atau hilang minat. Kalau menurut Anda dia sudah melahap cukup banyak makanan, jangan berusaha memaksanya untuk menghabiskan beberapa suap lagi, hanya karena dalih sayang makanannya.

Kita harus memperhatikan volume lambung anak supaya jangan terlalu sesak. Oleh karenanya takaran makanan sebelum disajikan ke bayi harus pas, jangan berlebih.

3. Setiap memberi makanan baru pada bayi, perhatikan bagaimana reaksi tubuh dan gelagatnya. Jika tampaknya bayi menoleransi makanan itu dengan baik, teruskan memberikannya.

4. Tak perlu menunda mengenalkan makanan tertentu karena takut alergi. Sistem kekebalan tubuh bayi sedang mencoba untuk mempelajari apa yang normal dan apa yang akan bereaksi pada tubuhnya.

Tidak ada bukti yang baik untuk menunda makanan apa pun setelah 6 bulan untuk mengurangi risiko alergi, dan ada beberapa bukti bahwa kebalikannya mungkin benar.

Yang perlu dihindari adalah makanan yang berpotensi menyebabkan bayi tersedak atau mungkin membawa infeksi, seperti ikan mentah, daging, dan telur.

5. Diperlukan rata-rata enam hingga sepuluh kali sebelum bayi menyukai makanan pahit atau asam. Namun, studi menunjukkan 94 persen orangtua menyerah sebelum enam kali mencoba, dan hanya satu atau dua dari seratus yang akan mencoba sepuluh kali.

Jika bayi tidak suka kacang polong hari ini, coba lagi besoknya dan besoknya lagi. Apalagi kalau Anda tahu jenis makanan itu kaya nutrisi yang baik untuk tumbuh kembangnya. (mus)