Minum Susu Kental Manis, Empat Balita Sakit dan Meninggal

Susu kental manis.
Sumber :
  • Pixabay/ TheUjulala

VIVA – Susu kental manis (SKM) tidak boleh diberikan pada bayi dan anak. Alasannya, SKM mengandung kadar gula tinggi dan sangat rendah protein. Padahal tujuan pemberian susu pada anak adalah dalam konteks pemenuhan kalsium dan protein. Demikian seperti pemantauan VIVA di laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).  

Namun sayangnya, di sejumlah kota di Indonesia masih ada persepsi yang salah kaprah tentang susu kental manis. Orangtua dengan daya beli rendah, beranggapan bahwa lebih baik memberi anak susu kental manis ketimbang tak minum susu sama sekali.

Seperti yang terjadi di Kendari, Sulawesi Tenggara, dan Maros, Sulawesi Selatan. Empat balita dikabarkan menderita gizi buruk, disebabkan konsumsi susu kental manis sebagai pengganti air susu ibu (ASI).

Ilustrasi penderita gizi buruk

Dalam rilis yang diterima VIVA, 23 Maret 2018, dari Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), keempat balita tersebut adalah Arisandi (10 bulan), asal desa Ulu Pohara, kecamatan Lahungkumbi, kabupaten Konawe, Muhammad Adam Saputra (7 bulan) dan Muharram (4 bulan) serta Rasyad (2 tahun) asal Maros, Sulawesi Selatan.

Arisandi mengonsumsi susu kental manis sejak berusia 4 bulan. Setelah beberapa bulan, ia mengalami gejala luka-luka pada kulit dan alergi akibat kekurangan nutrisi. Meski sudah mendapat pertolongan medis, namun nyawanya tetap tidak tertolong. Arisandi meninggal pada akhir Januari lalu.

Sedangkan pada Muhammad Adam Saputra, orangtua Adam tidak mampu membelikan susu bayi sehingga akhirnya Adam diberikan susu kental manis yang harganya lebih ekonomis. Dampaknya, berat badan Adam semakin hari semakin menurun hingga 4,8 Kg dan dirawat di RSUD Bahtera Mas.

Begitu pula dengan Muhammad Muharram dan Rasyad, diberi susu kental manis oleh orangtuanya karena keterbatasan ekonomi.

Situs resmi Kementerian Kesehatan RI www.depkes.go.id, menyebutkan gizi buruk muncul disebabkan daya beli yang rendah, akses terhadap pelayanan kesehatan, serta pengetahuan orangtua dan sosial budaya setempat.

Pemberian susu yang direkomendasikan untuk bayi adalah ASI atau ASI donor yang telah terbukti aman, atau susu formula bayi. Sedangkan jika berusia di atas 1 tahun, selain ASI, dapat mengonsumsi susu sapi yang sudah dipasteurisasi (UHT) atau susu formula pertumbuhan.

Produksi susu kental manis ditujukan bukan sebagai pengganti ASI, melainkan sebagai topping makanan atau bahan pembuat kue.

Ditemukannya sejumlah kasus balita gizi buruk akibat mengonsumsi susu kental manis membuat YAICI dan YPN (Yayasan Peduli Negeri) berinisiatif melakukan penelitian untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap susu kental manis di sejumlah kota di Indonesia.