Marak Online Seks, Waspadai Ciri Anak Kecanduan Pornografi
- Pexels
VIVA – Gempuran informasi yang semakin tak terbendung dari perkembangan teknologi, ditambah mudahnya mengakses internet, membuat anak mudah terpapar hal yang belum seharusnya mereka terima. Salah satunya pornografi yang semakin merajalela saja di kalangan anak-anak.
Hal tersebut dipicu tidak ada batasan bagi anak mengakses internet lewat gadget yang digenggamnya. Selain itu, longgarnya pengawasan orangtua membuat anak semakin leluasa mengakses konten dewasa.
Anak yang sudah terpapar oleh pornografi perlu diberikan treatment agar tidak memengaruhi psikologinya. Namun, terkadang orangtua tidak menyadari bahwa buah hatinya sudah terpapar pornografi.
Meski demikian, biasanya anak yang sudah terpapar atau bahkan kecanduan konten dewasa pasti menunjukkan ciri khusus. Menurut Valentina Ginting, Asisten Deputi Perlindungan Anak Dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mengatakan, biasanya anak yang suka menonton pornografi lebih suka 'mojok' di belakang.
"Kalau main komputer dia hadapkan layarnya ke tembok. Sebagai orangtua perlu curiga jika ada yang seperti ini," ujar Valentina saat diskusi media 'Kejahatan Seksual Anak Melalui Media Online' di Gedung KPPPA, Jakarta, Jumat 16 Maret 2018.
Ciri lain yang patut dicurigai adalah anak menjadi lebih pendiam. Jika biasanya dia ceria, dia berubah menjadi pendiam dan menyendiri. Ini kemungkinan karena ia merasa ada yang salah dalam hidupnya, namun ia tidak bisa mengungkapkannya.
Valentina menambahkan, saat dirinya bertemu dengan Stephen Balkam, seorang CEO dari Family Online Safety Institute, ia memberikan pesan bagaimana anak di era milenial ini tidak dicegah dari bermain gadget. Tapi, cobalah untuk memberikan gadget ketika usia anak sudah tepat.
"Saya setuju sekali dengan aturan bahwa anak ketika di sekolah, jika terjadi sesuatu, minta gurunya untuk menggunakan telepon sekolah," imbuh Valentina.
Kemudian, jika anak mengerjakan PR sebaiknya orangtua mendampingi dan menggunakan laptop di ruang keluarga sehingga bisa dipantau penggunaannya. Selain itu, orangtua juga didorong untuk sering berkomunikasi dengan anak sehingga anak merasa dihargai.